BPR Kirana Indonesia Kinerja Moncer Usai Akuisisi, Aset DPK Tembus Rp963,3 M
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kirana Indonesia mencatat pertumbuhan aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara agresif dari tahun ke tahun. Pada Januari 2022, ketika terjadi akuisisi, total aset bank ini tercatat sebesar Rp5,6 miliar. Dua tahun kemudian, per Januari 2024, aset tersebut melonjak menjadi Rp540 miliar, dan pada Juli 2024, total aset mencapai Rp963,3 miliar.
"Pada Januari 2022, DPK kami tercatat sebesar Rp3 miliar. Sementara itu, pada Februari 2024, angka tersebut naik menjadi Rp449 miliar, dan pada Juli 2024, outstanding DPK mencapai Rp743 miliar," ungkap Yonathan, Direktur Operasional BPR Kirana, saat pembukaan kantor baru di Surabaya, Jumat (9/8/2024).
Yonathan menjelaskan bahwa sebelum diakuisisi, BPR Kirana Indonesia dikenal sebagai BPR Prima Dadi Arta yang berlokasi di Kota Pare, Kabupaten Kediri. Setelah diakuisisi oleh Komunal Group pada Januari 2022, nama bank ini diubah menjadi BPR Kirana. Sejak itu, BPR Kirana Indonesia mengalami pertumbuhan aset yang hampir mencapai 200 kali lipat.
BPR Kirana Indonesia juga berhasil meraih predikat "sangat baik" dan menempati posisi teratas dalam kelompok BPR beraset Rp250 juta hingga Rp500 miliar, berkat pertumbuhan aset kredit yang eksponensial sambil tetap menjaga kualitas kredit.
Baca Juga: Jatuh Sakit, OJK Cabut Izin Usaha BPR Sumber Artha Waru Agung
"Untuk akhir tahun kalau kami target atasnya bisa mungkin aset menembus Rp1 triliun. Mungkin terdengar cukup ambisius, tapi kalau saat ini aset kami Rp963 miliar, mungkin target itu akan tercapai," tambah Yonathan.
Sementara itu, Direktur Utama BPR Kirana, Nathanael Edwin Supranoto, menyatakan bahwa bank ini beroperasi secara digital dengan produk unggulan seperti e-deposito, tabungan, dan bunga kompetitif.
Nathanael juga berharap ke depan BPR Kirana Indonesia bisa menjadi motor kolaborasi antar BPR untuk meningkatkan daya saing. Menurutnya, wilayah Surabaya memiliki potensi besar dan menjanjikan, meskipun BPR Kirana Indonesia saat ini sudah memiliki 11 ribu nasabah. Hal ini karena bank hanya memberikan kredit untuk sektor produktif.
"Direksi terus melakukan berbagai terobosan melalui inovasi teknologi dan konektivitas manusia, sehingga wilayah Surabaya memiliki potensi besar. Dari sisi funding maupun lending, kami berupaya menghadirkan pengalaman yang berbeda," jelas Nathanael.
Pada kesempatan yang sama, Head of Credit BPR Kirana Indonesia, Dewa Ayu Ruth, menyampaikan harapannya agar BPR Kirana Indonesia dapat memperluas kemitraan dengan 200 unit perbankan hingga akhir tahun, serta berkomitmen untuk mempertahankan pengelolaan keuangan yang profesional.
"Saat ini, kami sudah bermitra dengan hampir 150 BPR di seluruh Indonesia dalam penyediaan likuiditas serta sindikasi kredit. Selain itu, kami juga menjaga rasio NPL Net di kisaran 0,7-1,2 persen," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: