Pengamat politik Refly Harun menilai Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ridwan Kamil yang dimajukan di pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta November mendatang karena popularitas.
Pasalnya menurut Refly Harun, siapapun bisa dikendalikan istana untuk Pilkada DKI Jakarta 2024, namun perlu Ridwan Kamil agar berhasil merayu pemilih dari segala lapisan masyarakat.
Baca Juga: Dua Keuntungan di Depan Mata PKS Jika Tidak Calonkan Anies di DKI
"Pertanyaannya adalah kalau tidak mempertimbangkan popularitas maka tidak Ridwan Kamil ditaruh di sini, kenapa Ridwan Kamil ditaruh di sini? karena popularitas itulah," ucapnya, dikutip dari YouTube Refly Harun, Senin (13/8).
"Kalau bukan Ridwan Kamil ditaruh siapa saja yang bisa dikendalikan istana sesungguhnya, tapi Ridwan Kamil dibutuhkan karena bagaimanapun perlu merayu emak-emak, merayu kelas bawah, dan lain sebagainya," imbuhnya.
Untuk diketahui, Koalisi Indonesia Maju (KIM) hampir pasti mengusung Ridwan Kamil sebagai cagub di Pilkada DKI Jakarta 2024, namun sosok yang akan mendampinginya sebagai cawagub masih misteri meskipun Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep digadang-gadang akan menempati posisi tersebut.
Sementara itu, dalam survei Litbang Kompas terkait Pilkada DKI Jakarta 2024, Anies Baswedan masih berada di urutan pertama dengan elektabilitas sebesar 29,8 persen, sedangkan posisi kedua diduduki Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Survei elektabilitas calon gubernur rujukan publik Jakarta, Anies Baswedan 29,8%, urutan kedua Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok 20%,” tulis Litbang Kompas seperti dikutip Selasa (16/7/2024).
Kemudian posisi selanjutnya terpaut jauh dengan Anies dan Ahok, yaitu Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ridwan Kamil dengan 8,5 persen, Menteri BUMN Erick Thohir 2,3 persen.
Lalu ada sejumlah nama dengan elektabilitas di angka 1 persen, yaitu Menteri Sosial Tri Rismaharini, Pj Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono, Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep, Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa dan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang meraih 1,3%.
Survei tersebut dilakukan pada 15-20 Juni 2024, dan sebanyak 30 persen responden masih tidak tahu atau belum menjawab siapa sosok yang dinilai layak untuk memimpin Jakarta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait: