Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menteri ESDM Ungkap Indonesia Punya Potensi Besar CCS

        Menteri ESDM Ungkap Indonesia Punya Potensi Besar CCS Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam pengembangan energi hijau, termasuk dalam penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS).

        Hal ini ia katakan pada acara gala dinner 2nd Asia Zero Emission Community (AZEC) Ministerial Meetingdi St Regis Jakarta, (20/08/2024).

        ”Kita juga mempunyai CCS untuk carbon capture. Karena XX daripada sumur-sumur minyak kita banyak, ada teman-teman dari Pertamina, dari PLN di sini,” ujar Bahlil pada acara gala dinner AZEC di St Regis Jakarta, (20/08).

        Dilansir dari Kementerian ESDM Indonesia sendiri memiliki potensi penyimpanan sumber CO2 sebesar 577,62 Giga Ton yang terdiri atas Depleted Oil & Gas sebesar 4,85 Giga Ton dan Saline Aquifer : 572,77 Giga Ton. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi penyimpanan karbon terbesar di dunia.

        Pada kesempatan ini, Bahlil mendorong semua negara yang tergabung dalam platform AZEC untuk dapat saling sinergi sehingga mampu mencapai tujuan bersama yakni emisi nol melalui akselerasi pemanfaatan energi baru terbarukan.

        Baca Juga: Menteri ESDM: DDF Crewboat akan Maksimalkan Produksi Gas dalam Negeri

        ”Untuk menghasilkan energi baru terbarukan ini bukan hal yang mudah bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Karena kita membutuhkan teknologi yang bagus, namun di sisi lain membutuhkan pendiayaan yang tidak murah,” katanya.

        Bahlil berharap gelaran AZEC akan melahirkan gagasan-gagasan konstruktif yang dapat memperkuat kerjasama internasional dalam upaya transisi energi.

        ”Jadi kalau mau kita berkolaborasi untuk menurunkan emisi, maka harus ada sinergi antara negara-negara maju yang sudah mempunyai teknologi dengan negara-negara berkembang yang mempunyai potensi tapi kemudian belum memiliki teknologi yang baik dan apalagi kalau membutuhkan kapital yang cukup,” tutup Bahlil.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: