Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Aksi Ambil Untung Malah Bikin Harga CPO Tertekan

        Aksi Ambil Untung Malah Bikin Harga CPO Tertekan Kredit Foto: Austindo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bursa Malaysia Derivatives (BMD) mencatat harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) tertekan pada Selasa (27/8/2024). Hal tersebut mengakhiri kenaikan empat hari beruntun yang disebabkan oleh adanya aksi profit taking.

        Sebagai informasi, profit taking adalah sebuah tindakan menjual saham setelah harga saham tersebut mencapai harga yang sudah ditargetkan sebelumnya.

        Pada penutupan Selasa (27/8/2024), BMD mencatat kontrak berjangka CPO untuk September 2024 jatuh 16 Ringgit Malaysia menjadi 4.005 Ringgit Malaysia per ton. Sementara untuk kontrak berjangka CPO Oktober 2024, terkoreksi senilai 8 Ringgit Malaysia menjadi 3.958 Ringgit Malaysia per ton.

        Sementara itu, untuk November 2024 kontrak berjangka CPO tercatat melemah 1 Ringgit Malaysia menjadi 3.923 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO pada Desember 2024 pun berkurang sebanyak 6 Ringgit Malaysia menjadi 3.900 Ringgit Malaysia per ton.

        Baca Juga: Harga Susah Naik, Surplus CPO Kembali Diprediksi Menurun

        Sedangkan untuk Januari 2025, kontrak berjangka CPO menurun 10 Ringgit Malaysia menjadi 3.889 Ringgit Malaysia per ton. Selanjutnya pada CPO Februari 2025 terpangkas sebanyak 14 Ringgit Malaysia menjadi 3.882 Ringgit Malaysia per ton.

        Mengutip dari Bernama, Rabu (28/8/2024), Analis Senior Fastmarkets Palm Oil Analytics, Sathia Varqa, menyebut jika harga CPO ini mengakhiri kenaikan empat hari berturut-turut lantaran adanya aksi ambil untung. Aksi ambil untung ini telah mengurangi momentum pembelian lantaran pasar eksternal yang terus menguat.

        Sedangkan David Ng selaku trader minyak sawit mengatakan bahwa harga minyak kedelai dan minyak mentah yang melemah juga membebani sentiment pasar.

        "Kami melihat support di 3.850 Ringgit Malaysia per ton dan resistance di 4.000 Ringgit Malaysia per ton," katanya.

        Prakiraan harga CPO yang terus tertekan ini juga diutarakan oleh Hap Seng Consolidate Bhd (HSCB), khususnya selama musim panen raya. HSCB merupakan perusahaan holding investasi yang terdaftar di Bursa Malaysia Securities Berhad dan terdiversifikasi dengan enam bisnis inti yakni perkebunan, investasi dan pengembangan property, pembiayaan kredit, otomotif, perdagangan pupuk dan bahan bangunan.

        Perusahaan itu mengatakan, produsen minyak sawit terus menghadapi tekanan inflasi dan biaya produksi yang tinggi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: