Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jadi Tulang Punggung Transisi Energi Nasional, PGEO Dorong Percepatan Pengembangan Panas Bumi

        Jadi Tulang Punggung Transisi Energi Nasional, PGEO Dorong Percepatan Pengembangan Panas Bumi Kredit Foto: Pertamina Geothermal Energy
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) menegaskan pentingnya energi panas bumi sebagai tulang punggung transisi energi nasional menuju target Net Zero Emission (NZE) 2060. 

        Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 24 GW, atau sekitar 17% dari cadangan global, terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Namun, saat ini baru sekitar 2,6 GW atau 11% dari total potensi yang dimanfaatkan, menunjukkan bahwa masih banyak peluang pengembangan ke depan. Dengan memanfaatkan 30% dari potensi tersebut, Indonesia dapat memperkuat ketahanan energinya dan mendukung transisi dari energi fosil.

        “Untuk mencapai target bauran energi nasional pada 2033 dibutuhkan penambahan kapasitas terpasang 4,4 GW yang diperkirakan akan menarik investasi sebesar USD 27 – 28 miliar. Untuk setiap investasi sebesar USD 1 di sektor bisnis hijau seperti panas bumi akan menghasilkan peningkatan Produk Domestik Bruto sebesar USD 1,25, memberikan manfaat berganda signifikan bagi ekonomi Indonesia. Tak hanya itu, diperkirakan 70-100 lapangan kerja akan tercipta untuk setiap USD 1 juta investasi di sektor panas bumi,” kata Julfi. 

        Baca Juga: Genjot Potensi Panas Bumi RI, PGE Paparkan Tiga Strategi

        Panas bumi, menurut Julfi, adalah energi terbarukan yang stabil dan memiliki dua keunggulan utama: pertama, 70-80% dari cadangan panas bumi Indonesia berada di wilayah dengan kebutuhan energi tinggi seperti Jawa dan Sumatra, sehingga bisa langsung memenuhi kebutuhan energi nasional. Kedua, pembangkit listrik tenaga panas bumi memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dengan capacity factor sekitar 90%, menjadikannya pilihan tepat sebagai energi hijau untuk mendukung kebutuhan dasar listrik (green baseload).

        Meskipun potensinya sangat besar, Julfi menekankan pentingnya percepatan pengembangan, karena target pencapaian kapasitas panas bumi sebesar 7 GW pada 2033 membutuhkan penambahan kapasitas terpasang 400-500 MW per tahun—empat kali lipat dari pencapaian selama satu dekade terakhir. PGE sendiri telah mengambil langkah strategis dengan membangun kemitraan untuk meningkatkan efisiensi eksplorasi, transfer teknologi, dan pengembangan rantai pasok domestik.

        Direktur Panas Bumi dari Kementerian ESDM, Gigih Udi Atmo, juga menyampaikan dalam ISF bahwa menarik investasi di sektor manufaktur panas bumi, baik di hulu maupun hilir, menjadi krusial. 

        "Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mencapai target NZE 2060. Semua sumber energi baru dan terbarukan, termasuk panas bumi, harus dioptimalkan potensinya,” ucap Gigih. 

        Baca Juga: Tingkatkan Efisiensi Pembangkit Panas Bumi, PGE Kenalkan Inovasi Terbaru

        Untuk itu, ajang IIGCE 2024 yang bertema "Powering Together: Stakeholder Unity in Geothermal Innovation & Acceleration" akan menjadi forum penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam mempercepat pengembangan energi panas bumi. 

        “PGE, dengan kapasitas dan sumber daya yang besar serta peta jalan strategis untuk mengembangkan cadangan 3 GW di wilayah operasinya, optimistis dapat memimpin transisi energi nasional dengan memperkuat peran panas bumi sebagai energi hijau utama di masa depan,” tutup Julfi. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: