- Home
- /
- New Economy
- /
- CSR
Freeport Dongkrak Rehabilitasi Mangrove untuk Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia
PT Freeport Indonesia (PTFI) terus mewujudkan komitmen untuk merehabilitasi ekosistem mangrove yang memiliki peran vital dalam meminimalisr sedimentasi di kawasan pesisir serta memitigasi perubahan iklim.
Sejak tahun 2004, PTFI telah melaksanakan program rehabilitasi mangrove di berbagai wilayah di Indonesia. Tercatat PTFI telah berhasil menanam mangrove di lahan seluas 1.100 hektare, sebagian besar di Mimika, Papua, dan berbagai provinsi lainnya, bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), serta sejumlah universitas.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro, dalam paparannya menegaskan pentingnya perencanaan matang dalam restorasi mangrove.
“Diawali dengan studi dari berbagai aspek serta perencanaan yang cukup matang maka keberhasilan restorasi mangrove cukup tinggi,” ujarnya dalam Seminar Nasional bertajuk Perlindungan Kawasan Pesisir Melalui Restorasi Mangrove” yang diselenggarakan di Auditorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP), pada hari Senin, (23/09/2024)
Vice President Environmental PTFI Gesang Setyadi mengatakan dalam program rehabilitasi mangrove di Muara Ajkwa, Kabupaten Mimika, PTFI melibatkan 20 kontraktor lokal Papua untuk membangun struktur muara (estuary structure).
Ke depannya keberadaan hutan mangrove ini diharapkan memberikan manfaat untuk masyarakat lokal berupa jasa ekosistem mangrove yang meliputi fisik, ekologi dan sosial ekonomi.
Pelibatan masyarakat lokal sangat penting untuk mendukung keberhasilan program rehabilitasimangrove yang dilakukan PTFI.
“Kami mendorong upaya pemberdayaan masyarakat untukmelindungi wilayah pesisir demi menjamin kelestarian alam di masa mendatang yang akanmemberikan manfaat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Suku Kamoro yang berada disekitar wilayah operasi perusahaan. Rehabilitasi mangrove ini sebagai upaya perusahaan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 30 persen di tahun 2030,” kata Gesang.
Senada dengan Gesang, Prof. Denny menambahkan melalui carbon sequestration, ekosistem mangrove mampu menyerap dan menyimpan karbondioksida dari atmosfer dalam jangka waktu yang lama.
Baca Juga: Presiden Freeport Optimis Beroperasinya Smelter PTFI, Bakal Sokong Transisi EBT RI
“Upaya mempercepat restorasi mangrove perlu dilakukan melalui pendekatan infrastruktur hard structure, yang akan membantu proses sedimentasi, dan pada akhirnya membantu proses revegetasi mangrove di kawasan tersebut. Keberadaan hutan mangrove berkontribusi terhadap pengendalian perubahan iklim global,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: