Indonesia Menuju Ekonomi Digital $200 Miliar, Ancaman Penipuan Digital Membayangi
Kamar Dagang Indonesia (KADIN) optimistis ekonomi digital Indonesia akan mencapai nilai $200 miliar sebelum tahun 2030, meningkat sebesar 128% dari kondisi saat ini.
Pertumbuhan ini didorong oleh inisiatif transformasi digital yang semakin kuat di seluruh sektor, termasuk layanan keuangan, e-commerce, dan startup teknologi.
Meski demikian, KADIN juga mengingatkan tentang tantangan besar yang menghadang, salah satunya adalah penipuan digital yang semakin canggih.
Menurut Herrias Yusmawan, Country Manager 1datapipe Indonesia, pesatnya adopsi teknologi seperti AI generatif memicu gelombang baru ancaman kejahatan siber. Penipuan identitas sintetis, phishing, dan ransomware semakin merajalela, memanfaatkan kelemahan data dan sistem keamanan.
“Indonesia rentan terhadap skema penipuan canggih, terutama karena transformasi digital yang pesat,” ungkap Herrias.
Baca Juga: Pemerintah Catat Pajak Usaha Ekonomi Digital Tembus Rp 27,85 Triliun Per Agustus 2024
Teknologi AI generatif tidak hanya memberi manfaat, tetapi juga membuka celah baru bagi kejahatan siber. Herrias menyoroti bahwa metode penipuan berbasis AI memudahkan pelaku kejahatan untuk membuka rekening perbankan digital secara ilegal, mengajukan pinjaman palsu, dan melakukan transaksi e-commerce fiktif. Menurut data PwC, sekitar 38% pelanggaran data di Indonesia terkait dengan metode penipuan ini, menyebabkan kerugian hingga Rp78 triliun.
Salah satu ancaman utama adalah strategi social engineering, di mana pelaku kejahatan menggunakan taktik rekayasa sosial seperti pengiriman file APK berbahaya melalui aplikasi pesan. Herrias menyebutkan bahwa edukasi dan penerapan langkah-langkah keamanan digital seperti Know Your Customer (e-KYC) penting, tetapi di era AI, upaya ini harus diperkuat dengan teknologi canggih.
Bank, fintech, dan perusahaan jasa keuangan di Indonesia didorong untuk meningkatkan investasi pada AI dan machine learning (ML) guna melawan ancaman siber. Herrias menjelaskan bahwa teknologi AI memungkinkan deteksi pola perilaku yang mencurigakan lebih cepat, bahkan ketika pelaku mencoba menciptakan identitas sintetis menggunakan kombinasi data asli dan palsu.
“Metode tradisional sudah tidak memadai untuk mendeteksi penipuan identitas sintetis. Teknologi AI membuat perusahaan lebih gesit dalam merespons serangan siber,” tambahnya.
Baca Juga: AWS Perkenalkan PartyRock, Platform AI Generatif yang Memudahkan Pembuatan Aplikasi Tanpa Koding
Melalui penerapan AI, perusahaan dapat mengidentifikasi aktivitas abnormal yang tidak terdeteksi oleh sistem verifikasi identitas lama. Ini membantu penyedia layanan keuangan mendukung pelanggan mereka dengan lebih baik, sekaligus meningkatkan perlindungan terhadap penipuan.
Teknologi AI memiliki potensi besar untuk membantu Indonesia dalam mencapai target ekonomi digital $200 miliar dengan menjaga keamanan data dan mencegah pelanggaran.
“AI dapat membantu bisnis mempertahankan reputasi mereka dan menghindari denda besar akibat pelanggaran data,” ujar Herrias. Selain itu, AI memungkinkan pelacakan otomatis penggunaan data serta penegakan langkah-langkah keamanan yang lebih ketat.
Dengan AI yang diterapkan dengan benar, penyedia jasa keuangan dapat memperkuat ketahanan siber mereka, membantu Indonesia mewujudkan ambisi ekonomi digital yang berkelanjutan dan aman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri