Barbarisme Israel kian terang setelah jet tempur Israel, pada Senin (14/10), menjatuhkan bom berdaya ledak tinggi ke tenda-tenda pengungsian warga di pekarangan sebuah rumah sakit di kawasan Deir al-Balah, Gaza. Rekaman video yang viral di media sosial memperlihatkan bom meluluh-lantakkan kawasan yang dianggap aman tersebut dan bahkan membakar hidup-hidup sejumlah warga yang masih terjebak di dalam tenda.
Laporan media Palestina menyebut serangan menewaskan setidaknya empat orang dan melukai 70 lainnya. Ini merupakan kebiadaban teranyar setelah genosida Israel atas Gaza, genap memasuki usia satu tahun per 7 Oktober 2024, menewaskan hampir 50.000 orang, di mana sebagian besarnya adalah anak-anak dan kaum perempuan.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, mengutuk keras pembantaian tersebut dan menyebut barbarisme Israel itu sebagai tindakan tidak bermoral. "Serangan ini bukti kebejatan moral dan rusaknya akal dan mental pasukan dan pemerintah Israel," katanya menyarankan umat Islam solid mendukung perjuangan Bangsa Palestina.
Kecaman serupa datang dari Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Cholil Nafis. Menurut Cholil, kebiadaban Israel, termasuk belakangan atas Lebanon, perlu disikapi dengan kekompakan Muslimin dari semua kalangan untuk memboikot semua brand produk perusahaan multinasional yang memiliki keterkaitan dengan perekonomian rezim Zionis.
“Yang terbaik umat Islam bahu-membahu membantu warga di Gaza dan juga Lebanon, baik melalui doa maupun tindakan nyata seperti boikot produk pro Israel,” katanya.
Pada November 2023, MUI mengeluarkan fatwa "Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina". Dalam fatwa tersebut, MUI merekomendasikan umat Islam "semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme".
Menurut Dosen Politik Internasional dari Universitas Padjajaran, Dina Y. Sulaiman, berbagai upaya diplomasi global, termasuk Indonesia, dalam menghentikan barbarisme Israel di Gaza dan Lebanon selalu membentur tembok tebal lantaran dukungan konstan negara-negara adikuasa atas Israel. Karena itu, dia bilang sejumlah pihak kini melirik boikot sebagai senjata pamungkas untuk meredam kebiadaban Israel di Timur Tengah.
Boikot pernah berhasil menumbang rezim Apartheid di Afrika Selatan pada 1991, kata Dina.
“Seperti Afrika Selatan dulu, Israel juga rezim apartheid dan ini telah dinyatakan resmi oleh PBB. Boikot kala itu mampu menumbangkan rezim apartheid pada 1991. Dimana-mana, rezim yang ekonominya lemah pasti akan tumbang,” katanya dalam sebuah acara talkshow di Kompas TV belum lama ini.
Seruan boikot serupa juga digaungkan Direktur Eksekutif Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI), lembaga nirlaba perlindungan komsumen Muslim di Jakarta, Ahmad Himawan. Menurutnya, boikot merupakan langkah yang realistis bagi Muslimin dalam meringankan derita warga di Gaza. “Yang paling mudah bagi umat Muslim dalam mendukung Palestina adalah dengan memboikot produk pro Israel. Apalagi MUI telah mengeluarkan fatwa, jadi umat Islam tidak perlu lagi ragu,” katanya.
Bagi Co-Founder BDS Indonesia, organisasi global yang aktif mengkampanyekan gerakan boikot atas Israel, Giri Ahmad Taufik, gerakan boikot atas Israel sebenarnya sudah marak di berbagai belahan dunia, utamanya di Amerika dan Eropa. “Boikot adalah cara kami menunjukkan protes terhadap kebiadaban Israel,” ujarnya dalam sebuah diskusi terbatas di Jakarta belum lama ini.
Menurut Giri, BDS Indonesia telah menetapkan sejumlah brand yang memiliki afiliasi mendukung Israel seperti brand HP, Intel, Axa, Disney, McD, Pizza Hut, Burger King, hingga Puma. "Dalam situasi saat ini, boikot justru harus lebih ditingkatkan agar para suporter Israel, terutama korporasi-korporasi yang secara eksplisit mendukung Israel, memahami efek dari tindakan mereka," tegasnya.
Di Indonesia, boikot juga menyasar sejumlah produk lokal yang diketahui memiliki keterkaitan dengan perekonomian Israel. Termasuk yang kena sasaran boikot sejauh ini adalah brand air kemasan lokal, AQUA. Ini lantaran mayoritas saham perusahaan tersebut dikuasai oleh perusahaan Perancis, Danone, yang diketahui masih aktif berbisnis di sektor makanan dan minuman di Israel di tengah genosida rezim Zionis atas Gaza.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: