- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Siapkan Formula Rahasia, Kementan Janji Ekspor Sawit Tak Ditabrak Proyek B50
Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini sedang merumuskan strategi untuk memastikan Program Biodiesel 50% (B50) tidak menghambat ekspor minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) serta produk turunannya.
Dalam keterangannya, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Heru Tri Widarto, menjelaskan bahwa pemerintah saat ini berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Khususnya untuk program biodiesel dengan tetap menjaga stabilitas ekspor CPO.
Baca Juga: Kementan Sebut Rancangan Permenkes Berdampak ke Sektor Pertanian
"Kami sedang melakukan kajian mendalam untuk menemukan formula yang tepat. Kajian ini mencakup aspek finansial dan berbagai faktor lainnya. Tujuannya adalah untuk menentukan berapa peningkatan produksi CPO yang dibutuhkan tanpa mengganggu ekspor,” kata Heru dalam keterangannya, dikutip Selasa (29/10/2024).
Program B50, sambungnya, merupakan kerja sama lintas kementerian yang mana pihaknya, Kementan, bertanggung jawab pada aspek hulu produksi. Sedangkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengelola aspek hilirnya.
Ekspor CPO, tegas Heru, akan tetap menjadi prioritas utama mengingat CPO merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian negara.
Pihaknya juga mengaku optimis bahwa potensi peningkatan produksi CPO masih sangat besar. Pasalnya, rata-rata produktivitas sawit saat ini masih berada di angka 3 ton per hektare setara CPO. Akan tetapi, angka tersebut masih bisa ditingkatkan menjadi 5 – 6 ton per hektare melalui upaya intensifikasi dan peremajaan perkebunan sawit.
Baca Juga: Reformasi Regulasi Jadi Prioritas Kementerian ESDM untuk Percepat Investasi
Untuk diketahui, sebelumnya Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyampaikan rasa khawatirnya bahwa ekspor CPO dan turunannya akan menurun sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan bauran biodiesel menjadi 50% atau B50.
“Dengan B40 saja dengan kondisi ekspor kita saat ini akan turun sekitar 2 juta ton. Kalau kita memaksakan B50, ekspor kita akan turun 6 juta ton,” kata Ketua Umum Gapki Eddy Martono di Jakarta, Selasa (22/10/2024) lalu.
Kerisauan serupa juga sempat diutarakan oleh Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Fadhil Hasan.
Baca Juga: GAPKI Khawatir Dampak EUDR: Ancaman Bagi Petani Sawit Kecil di Indonesia
Dalam acara diskusi pada Rabu (23/10/2024) lalu, Fadhil menyebut bahwa penurunan ekspor berpotensi memicu kenaikan harga CPO di pasar internasional yang pada akhirnya nanti berdampak pada kenaikan harga minyak goreng dalam negeri.
Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor CPO dan turunannya pada September 2024 menurun menjadi 1,49 juta ton dari bulan sebelumnya yang 1,97 juta ton.
Sementara itu, harga CPO dan produk turunannya di pasar global mengalami kenaikan pada September 2024, dari 898,90 dolar AS per ton menjadi 932,05 dolar AS per ton.
Baca Juga: B50 Dinilai Jadi Daya Tawar Indonesia Pada Dunia
BPS mencatat nilai ekspor CPO dan produk turunannya secara kumulatif mencapai 1,38 miliar dolar AS pada September 2024.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: