Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Siap Dukung Keberlanjutan, Wamentan Beberkan Strategi Industri Sawit Indonesia

        Siap Dukung Keberlanjutan, Wamentan Beberkan Strategi Industri Sawit Indonesia Kredit Foto: Uswah Hasanah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia secara signifikan berkontribusi terhadap energi terbarukan, produk makanan dan industri oleokimia. Kelapa sawit Indonesia sendiri berkontribusi sebesar 25% terhadap produksi minyak nabati dunia dan 59% dari produksi kelapa sawit dunia.

        Melihat berbagai peluang dan potensi tersebut, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono, dalam acara 20th Indonesian Palm Oil Conference 2024 and 2025 Price Outlook (IPOC) 2024 mengatakan bahwa untuk Indonesia memiliki kebijakan sendiri untuk pangan dan energi yang berfokus pada kemandirian, mengurangi ketergantungan impor, serta menuju keberlanjutan untuk mendukung resiliensi ekonomi dan berbagai tujuan lingkungan.

        Baca Juga: Eddy Martono: IPOC 2024 Jadi Platform Berkualitas untuk Industri Sawit

        “Indonesia telah menerapkan mandat 35% biodiesel berbasis sawit untuk kendaraan dan industri, yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan kelapa sawit domestik, mengurangi impor bahan bakar fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK),” kata Sudaryono dalam sambutannya, Kamis (7/11/2024). 

        Sementara itu, pada tahun 2023, adaptasi biodiesel 35% (B35) menghasilkan ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil serta mampu menghemat biaya lebih dari USD7,9 miliar untuk impor bahan bakar fosil. Bahkan, ke depannya Indonesia menargetkan bisa sampai B50, hingga B100.

        B50 sendiri menurut Sudaryono menggambarkan kebijakan energi dan bertujuan untuk mengurangi ketergantungan energi fosil, menurunkan emisi GRK, serta mendukung agrikultur lokal. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit, ada beberapa strategi yang diimplementasikan.

        Strategi pertama menurut Sudaryono adalah program penanaman kembali untuk petani kecil yang harus diimplementasikan melalui berbagai varietas unggul. Dia menjelaskan bahwa program tersebut menargetkan 120 ribu hektare per tahunnya dengan dana hibah dari pemeirntah Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 2017 dan dinikmati oleh 365 ribu hektare lahan petani kecil. 

        Baca Juga: Kemenangan Trump Bakal Jadi Tantangan untuk Sawit Indonesia, Kok Bisa?

        Adapun strategi kedua yakni mendukung perusahaan perkebunan untuk meningkatkan hasil dengan cara mengimplementasikan praktik pertanian yang lebih baik dengan varietas unggul.

        “Ketiga, industri kelapa sawit dikritisi karena menyebabkan deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati dan emisi GRK. Indonesia merespon dengan sistem sertifikasi dan kebijakan perubahan penggunaan lahan yang lebih ketat,” jelasnya. 

        Strategi keempat yakni inisiatif peningkatan hasil dengan penekanan pada best practices pada manajemen agrikultur, material tanam unggul, serta perbaikan teknik panen.

        Baca Juga: Siap Buktikan Keberlanjutan, Indonesia Minta Inggris Dukung Minyak Sawit

        Sementara itu, strategis terakhir yakni meningkatkan investasi pada riset dan pengembangan untuk menghasilkan bibit unggul, varietas yang kebal penyakit, dan mengembangkan pupuk yang efisien sekaligus ramah lingkungan.

        “Lalu meningkatkan kualitas minyak kelapa sawit petani dengan menyediakan asistensi dan pelatihan untuk mendorong petani kecil mengadaptasi praktik keberlanjutan, metode tinggi produktivitas dan good agricultural and management,” ungkap Sudaryono. 

        Dirinya pun mengungkapkan bahwa tujuan pembangunan sejatinya adalah menciptakan sebanyak mungkin orang kaya baru dengan ditopang oleh aspek pertanian dan industri.

        Selain itu, dia berharap GAPKI menjadi penggerak utama dalam membimbing serta membina petani kecil. Dia pun berpesan bahwa petani sawit harus mendapatkan manfaat yang besar dari pemerintah.

        Baca Juga: Agenda IPOC 2024: Replanting hingga Proyeksi Harga Sawit di 2025

        “Program peremajaan sawit rakyat (PSR) sama-sama dibina, dilihat dan dipantau sehingga petani dapat memanfaatkan lahan selama masa tunggu dan dapat ditanami tanaman pangan lain, untuk mendukung swasembada pangan,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: