Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, dalam sambutannya menyebut bahwa 20th Indonesian Palm Oil Conference 2024 and 2025 Price Outlook (IPOC) 2024 telah menjadi platform yang kuat, berkualitas, serta signifikan bagi para pemangku kepentingan untuk bertemu dan berdialog membahas berbagai macam tantangan yang dihadapi oleh industri kelapa sawit.
Hal tersebut tercermin dari meningkatnya jumlah peserta serta jumlah dukungan yang telah menjadi penanda signifkan. Oleh sebab itu, dirinya mengaku bahagia melihat antusiasme terhadap konferensi IPOC kali ini.
Baca Juga: Siap Buktikan Keberlanjutan, Indonesia Minta Inggris Dukung Minyak Sawit
Dirinya pun merinci isu khusus yang harus diperhatikan oleh para pemangku kepentingan maupun pengambil kebijakan di industri kelapa sawit terkait. Antara lain terjadinya ketidakpastian ekonomi global buntut dari konfrontasi US – Tiongkok, perang Rusia – Ukraina, implementasi dari European Union Deforestation Regulation (EUDR) yang telah menyebabkan fluktuasi harga komoditas, keamanan distribusi komoditas, hingga instabilitas tingkat inflasi serta keterbatasan pasar. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pengambil kebijakan maupun pemangku industri kelapa sawit.
Kendati demikian, Eddy mengaku bahwa terjadi penurunan performa industri dari sisi produksi dan nilai ekspor di tahun 2024 ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2024, tercatat produksi kelapa sawit mencapai 34,7 juta ton. angka tersebut tercatat menurun dibandingkan tahun 2023 lalu yang mencapai 36,2 juta ton.
Sementara itu, nilai konsumsi domestik kelapa sawit Indonesia pada tahun 2024 ini menyentuh angka 15,6 juta ton. akan tetapi, Eddy mengaku optimis bahwa di tahun 2025 nanti sektor sawit akan mengalami pertumbuhan signifikan. Hal tersebut terlihat dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan konsumsi domestik melalui beberapa program mandatory biodiesel, hingga akselerasi perkebunan sawit rakyat (PSR) untuk meningkatkan produksi kelapa sawit.
“Komitmen kebijakan ini sangat penting untuk menjaga industri kelapa sawit tetap kompetitif serta menjaga asa tercapainya ASTA CITA “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045”. Selain itu penundaan implementasi EUDR menjadi 31 Desember 2025 memberikan waktu bagi Indonesia untuk mempersiapkan perbaikan tata kelola produksi kelapa sawit yang lebih baik,” kata Eddy Martono, Kamis (7/11/2024).
Lebih lanjut, pihaknya juga aktif dalam menjaga kompetisi bisnis industri sawit dengan cara memberikan perhatian khusus kepada peran serta smallholder maupun Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sawit. Pada konferensi IPOC di tahun 2024 ini, GAPKI memberikan apresiasi terhadap KUD Kongbeng Bersatu Di Kalimantan Timur yang telah berhasil mencapai produktivitas tertinggi dengan 36.84 ton/ha/tahun selama tiga tahun berturut-turut.
Baca Juga: Siap Buktikan Keberlanjutan, Indonesia Minta Inggris Dukung Minyak Sawit
Sebagai informasi, konferensi ini mengusung tema “Seizing Opportunities Amidst Global Uncertainty” dan berlangsung selama 2 hari di Bali International Convention Center, Westin Resort, Nusa Dua, Bali.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement