Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, dalam sambutannya di acara Indonesian Palm Oil Conference 2024 And 2025 Price Outlook menjelaskan bahwa Indonesia memiliki peran besar dalam produksi biofuel, pangan dan industri oleokimia, serta produksi minyak sayur dunia. Sawit sendiri juga berkontribusi sekitar 23% produksi minyak nabati dunia dan 58% minyak sawit dunia.
“Jutaan orang bergantung pada industri kelapa sawit, oleh karena itu menjadi kewajiban kita semua untuk memastikan industri ini beroperasi secara berkelanjutan, efisien dan kompetitif,” kata Airlangga, Kamis (7/11/2024).
Baca Juga: IPOC 2024: Mendag Siap Dukung Ekosistem Industri Sawit Indonesia
Adapun menurut Airlangga, kebijakan Indonesia pada bidang pangan dan energi saat ini berfokus pada kemandirian, mengurangi ketergantungan impor, serta memastikan keberlanjutan untuk mendukung resiliensi ekonomi dan tujuan lingkungan.
Sementara itu, untuk kebijakan pangan berfokus pada bahan pokok seperti padi, kedelai, dan juga kelapa sawit. Sedangkan fokus untuk kebijakan biodiesel yakni mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil serta mendukung keberlanjutan sembari menyokong industri kelapa sawit itu sendiri.
Lebih lanjut, pada sektor biodiesel, pada tahun 2025 pemerintah berencana meningkatkan menjadi B40 untuk pemanfaatan kendaraan serta industri. Sehingga, diperlukan beberapa strategi manajemen produksi kelapa sawit.
Pertama, yakni menggencarkan program penanaman kembali atau replanting (PSR) untuk petani kecil.
“Lebih dari 360 ribu ha lahan petani kecil telah menikmati dana ini sejak 2017 dengan 158 ribu petani sebagai penerima manfaat,” ungkap Airlangga.
Sementara itu, strategi kedua adalah dengan menerapkan praktik agrikultur yang lebih baik. Caranya yakni meningkatkan produk unggul serta sertifikasi berkelanjutan. Di sisi lain, Indonesia juga harus menghadapi berbagai tantangan eksternal misalnya isu lingkungan yang lekat dengan ketidakseimbangan data.
Airlangga berharap jika gelaran konferensi tersebut bisa menegaskan komitmen Indonesia dalam isu sawit berkelanjutan.
Baca Juga: Siap Dukung Keberlanjutan, Wamentan Beberkan Strategi Industri Sawit Indonesia
“Serta memberikan saran untuk mengundur implementasi kebijakan EUDR oleh European Parlementerary hingga 2026. Bersama, juga masih mengharapkan kebijakan ini untuk dapat ditinjau kembali,” tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar