Pohon-pohon kelapa sawit berwarna perak dan keemasan itu terpampang cantik pada booth mungil yang ada di aula kampus National University of Singapra Research Institut (NUSRI), di kawasan Wuzhong District, Suzhou, Jiangsu, Tiongkok, Senin pekan lalu.
Pepohonan kelapa sawit itu semakin kelihatan cantik lantaran dilukis pada helai-helai kain ragam warna yang kemudian dipajang di dinding booth itu.
"Batiknya bagus dan cantik. Saya sangat tertarik dengan inovasi batik yang dikembangkan. Beberapa waktu lalu kami juga sudah mengunjungi Indonesia. Makanya cukup tahu tentang batik. Tapi batik yang dipamerkan ini beda lantaran diproduksi pakai material yang lebih ramah lingkungan; sawit. Pewarnanya juga natural," Liang Chang, salah seorang pengunjung booth itu memuji sambil mengelus salah satu batik sawit itu.
Smart Batik Indonesia (SBI) --- Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) mitra Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) --- yang memboyong batik-batik itu dari Yogyakarta.
Tim Smart Batik yang diwakili oleh Miftahudin Nur Ihsan (Ihsan), selaku CEO dan Dinar Indah Lufita Sari (Dinar) selaku COO, terbang demi memenuhi undangan Innovation Festival (InnovFest) Suzhou 2024 yang berlangsung 18-20 November 2024. Festival ini mengusung tema; AI & Digitalisasi dan Keberlanjutan.
InnovFest Suzhou sendiri adalah festival inovasi dan kewirausahaan internasional di China yang digelar oleh NUSRI Suzhou dan didukung oleh NUS Enterprise.
Program ini menjadi media penghubung antara perusahaan teknologi Tiongkok dengan inovasi-inovasi yang ada di luar negeri.
Sejak tahun 2015, InnovFest telah menarik lebih dari 4.600 peserta dari 2.400 organisasi, memamerkan lebih dari 430 proyek teknologi inovatif baru dari lebih dari sepuluh negara.
Meski festival itu digelar di kampus, para pengunjungnya justru dari lintas profesi, mulai dari pengusaha, akademisi, mahasiswa, datang ke sana.
Ihsan pun menyampaikan terima kasih lantaran SBI telah dikasi kesempatan untuk memperkenalkan batik sawit. Smart Batik sendiri memperoleh undangan atas rekomendasi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Republik Indonesia (LPDP RI).
Kesempatan ini tidak ujug-ujug didapat, tapi lantaran telah menengok kalau Smart Batik, dalam setahun terakhir telah mengembangkan industri batik ramah lingkungan dengan memanfaatkan malam (lilin batik) sawit dan memakai pewarna alami. Ini sesuai dengan salah satu tema yang diusung pada InnovFest Suzhou 2024 itu.
"Terima kasih kami sampaikan kepada NUSRI Suzhou dan juga LPDP RI yang telah memberikan kesempatan kepada kami. Setahun ini kami bermitra dengan BPDP Kelapa Sawit, Bank Indonesia DIY, Pemda DIY, Pemkot Yogyakarta, Rumah BUMN, dan mitra lainnya mencoba mewarnai industri batik tanah air, dengan mengembangkan batik malam sawit serta pewarna alami. Kegiatan ini mudah-mudahan menjadi jalan pembuka bagi kami untuk mengenalkan Batik Indonesia ke seluruh dunia," kata alumni Penerima Beasiswa LPDP MBA Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Dinar kemudian menambahkan, kalau pada kesempatan ini Smart Batik mencoba memberikan edukasi tentang batik dan konsep 3P yang dijalankan.
"Selama kegiatan di China, kami memberikan edukasi tentang Batik Indonesia dan menceritakan tentang konsep bisnis yang kami usung dengan mempertimbangkan; people, profit, dan planet (3P)," terang mahasiswi S3 Ilmu Kimia UGM itu.
Mendengar mitranya terbang ke Cina memperkenalkan batik sawit, Kepala Divisi UKMK BPDPKS, Helmi Muhansyah, memberikan apresiasi.
"Kami bahagia lantaran salah satu UKMK mitra kami mendapat kesempatan go internasional. Semoga ini dapat menjadi inspirasi bagi UKMK-UKMK lain untuk terus memperkenalkan produk-produk berbasis sawit. Ini tentu menjadi salah satu cara untuk ikut membantu mengkampanyekan kebaikan sawit," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz