- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Produksi Bijih Nikel NCKL Meningkat 12 Persen, Laba Berjalan Tembus Rp4,84 Triliun
Produksi bijih nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel hingga periode September 2024 mencapai lebih dari 16,27 juta wet metric tonnes (wmt), meningkat 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Produksi FeNi dari smelter RKEF juga tercatat meningkat 39% menjadi 95.813 ton secara tahunan, sementara fasilitas HPAL juga meningkat 47% secara tahunan menjadi 71.531 ton MHP Ni.
Baca Juga: 3 Wamen BUMN Dapat Tugas Baru dari Erick Thohir, Ini Rinciannya
PT Obi Nickel Cobalt (ONC) yang merupakan fasilitas HPAL kedua memulai lini produksi pertama pada April 2024. Sedangkan keseluruhan tiga lini produksinya telah mencapai kapasitas penuh periode Agustus.
“Ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada keseluruhan total produksi fasilitas HPAL dan kontribusi terhadap kenaikan penjualan bijih nikel ke divisi tambang. Selain itu, fasilitas HPAL pertama mulai memproduksi dan mengekspor kobalt elektrolitik di bulan Agustus, menambah ragam produk perusahaan,” kata Head of Investor Relations NCKL, Lukito Gozali dalam keterangan resmi, dikutip Senin (25/11).
Ia menilai NCKL terus berfokus pada peningkatan kapasitas produksi sekaligus meningkatkan efisiensi operasional. Investasi perusahaan dalam fasilitas peleburan dan pemurnian selaras dengan komitmen untuk mendukung agenda hilirisasi pemerintah Indonesia.
Harita Nickel mencatat laba periode berjalan sebesar Rp4,83 triliun pers September 2024, meningkat 8,38% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yaitu Rp 4,46 triliun.
Perolehan pendapatan disebut Trimegah Bangun Persada dari kontrak dengan pelanggan Rp20,37 triliun sampai dengan September 2024. Raihan pendapatan meningkat 17,79% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yakni Rp17,29 triliun.
NCKL secara rinci memperoleh pendapatan dari raihan pengolahan nikel Rp 17,74 triliun sampai September 2024, naik 19,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelum Rp 14,86 triliun, lalu dari pos penambangan nikel Rp2,63 triliun dari Rp2,43 triliun.
Namun beban pokok penjualan bengkak sebesar Rp13,71 triliun dari sebelumnya Rp11,16 triliun. Beban pokok penjualan paling besar berada di biaya produksi sampai Rp13 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp10,38 triliun.
Sampai dengan September 2024 total aset NCKL Rp51,69 triliun, naik dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp45,28 triliun. Sementara total liabilitas sebesar Rp18,3 triliun dari akhir Desember 2023 senilai Rp16,8 triliun. Lalu ekuitas perusahaan sampai September 2024 sebesar Rp28,39 triliun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait: