
PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel, menargetkan empat jalur proyek pabrik Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) ketiga di Pulau Obi, Halmahera Selatan sudah beroperasi penuh pada Maret 2025.
Adapun, proyek yang dikelola oleh anak usaha PT Karunia Permai Sentosa (KPS) ini ditargetkan akan mencapai 12 jalur produksi. Perusahaan menargetkan dari yang telah beroperasi dapat menghasilkan hingga 60 ribu ton feronikel sepanjang tahun ini.
“Jalur pertama dan kedua mulai beroperasi penuh di akhir Januari, disusul jalur ketiga pada akhir Februari, dan jalur keempat telah menyusul beroperasi penuh sejak akhir Maret 2025,” ujar Direktur Utama Harita Nickel, Roy Arman Arfandy dalam Paparan Publik di Jakarta, Minggu (18/5).
Baca Juga: Harita Nickel Gelontorkan Rp1,91 Triliun untuk Dividen, Pemegang Saham Kantongi Rp30,33 per Saham
Sementara itu, delapan jalur produksi sisanya masih dalam tahap konstruksi dan ditargetkan selesai secara bertahap. Pengembangan ini merupakan bagian dari strategi ekspansi terintegrasi Harita Nickel untuk memperkuat posisi dalam rantai hilirisasi nikel nasional.
Selain proyek RKEF, perusahaan juga tengah membangun pabrik pengolahan batu kapur (quicklime) melalui anak usaha lainnya, PT Cipta Kemakmuran Mitra (CKM). Fasilitas yang menelan investasi sebesar US$70 juta itu telah mencapai progres konstruksi sebesar 42% hingga kuartal I 2025.
“Selama ini kami membeli quicklime dari pihak ketiga. Dengan fasilitas ini, kami akan memproduksi sendiri untuk menekan biaya dan memperkuat efisiensi operasional,” ujarnya.
Di sisi hulu, Harita Nickel memperluas pasokan bahan baku dengan membuka tambang baru melalui entitas PT Gane Tambang Sentosa (GTS). Eksplorasi dilakukan di area seluas 438 hektare dengan lebih dari 1.800 titik pengeboran hingga Maret 2025.
Baca Juga: Harita Nickel (NCKL) Bakal Lanjutkan Buyback Saham Tahap II Senilai Rp1 Triliun
Roy mengatakan, tambang GTS ditargetkan mulai berproduksi dalam tahun ini dan akan memasok bijih nikel ke fasilitas pengolahan melalui jalur laut sepanjang 68 kilometer.
“Lokasinya strategis di tepi laut, sehingga distribusi logistik menggunakan barge akan lebih efisien,” ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement