Jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah menandai babak baru dalam sejarah kawasan Timur Tengah dan memberikan pelajaran penting bagi dunia, terutama dalam konteks invasi Rusia terhadap Ukraina.
Rezim Assad, yang telah berkuasa lebih dari satu dekade dengan dukungan kuat dari Rusia, akhirnya runtuh setelah bertahun-tahun konflik berkepanjangan. Kejadian ini membuktikan bahwa kediktatoran tidak bertahan selamanya, bahkan ketika didukung oleh kekuatan besar seperti Rusia.
Abu Mohammed Al-Julani, pemimpin pemberontak Suriah, mengucapkan pidato kemenangan di Masjid Umayyah yang bersejarah di Damaskus.
Kemenangan ini tidak hanya menjadi simbol pembebasan Suriah dari cengkeraman kediktatoran, tetapi juga inspirasi bagi bangsa lain yang sedang berjuang melawan penindasan.
"Melihat saudara muslim kita dapat lepas dari rezim Assad tentunya suatu berita bahagia, ini merupakan hal baik bagi kelompok oposisi, pengingat bagi kita semua, terutama umat Islam, tentang pentingnya keadilan sebagai nilai universal yang diajarkan dalam agama. Apa yang terjadi di Suriah menunjukkan bahwa kediktatoran dan pelanggaran hak asasi manusia tidak bisa bertahan lama jika masyarakat bersatu melawan kezaliman. Hal ini juga relevan dengan situasi di Ukraina, di mana pelanggaran HAM terus berlangsung akibat invasi Rusia, semoga Ukraina juga mendapatkan perdamain yang adil” kata Yanuardi Syukur selaku Pengurus Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI saat dihubungi oleh media pada (14/12).
Sebagai seorang tokoh MUI yang pernah melihat langsung dampak agresi militer Rusia di Ukraina, Yanuardi menekankan bahwa kejatuhan rezim Assad harus menjadi penguat semangat perjuangan bagi dunia Islam dan masyarakat global. Ia juga menyoroti relevansi peristiwa ini dengan situasi di Ukraina, di mana pelanggaran HAM terus terjadi akibat agresi Rusia.
“Perlu kita ingat, saudara Muslim kita di Ukraina dan Suriah masih membutuhkan dukungan internasional. Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab moral untuk bersuara dan mendukung upaya menegakkan keadilan, baik di Suriah, Ukraina, maupun tempat lain di dunia,” jelasnya.
“Banyak tempat yang hancur, bukan hanya rumah apartement namun tempat ibadah segala umat beragama, Rusia harus memikirkan lebih jauh supaya tidak melakukan pelanggaran hak asasi manusia,” tambah Yanuardi.
Saat dihubungi langsung oleh media secara terpisah, Syekh Murat Suleymanov, ketua ulama asal Ukraina, turut menyampaikan pandangannya. Ia menyambut gembira kemenangan rakyat Suriah melawan rezim Assad, yang selama bertahun-tahun mendapat dukungan Rusia.
Menurutnya, kejatuhan Assad menjadi simbol harapan bahwa keadilan bisa ditegakkan meski menghadapi tantangan besar.
“Rezim kriminal Assad, yang didukung Rusia, telah membunuh ratusan ribu saudara Islam di Suriah. Kejahatan berdarah ini menunjukkan bahwa nyawa manusia tidak berarti bagi para tiran. Sebagai Muslim di Ukraina, kami merasakan penderitaan yang sama akibat agresi Rusia. Namun, kemenangan di Suriah memberi kami harapan bahwa keadilan dapat ditegakkan,” ungkap Syekh Murat.
Faktor utama di balik kekalahan rezim Assad adalah ketidakmampuan Rusia untuk memberikan dukungan militer yang signifikan, mencerminkan melemahnya pengaruh negara tersebut di kancah global.
Hal ini juga menunjukkan bahwa semangat rakyat yang bersatu dapat mengalahkan kekuatan besar. Di sisi lain, semangat rakyat Ukraina terus menjadi simbol kekuatan perjuangan melawan rezim otoriter Rusia.
“Para Muslim di Ukraina, seperti semua warga Ukraina, tahu betul apa yang bisa dilakukan para diktator untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Kami melihat itu dengan mata sendiri. Namun, saat ini kami berharap bahwa Ukraina mendapatkan kebebasan dari agresi Rusia dalam waktu dekat seperti yang terjadi di Suriah,” tutur Syekh Murat.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa komunitas global harus bersatu untuk mengakhiri penderitaan akibat perang dan menciptakan lingkungan yang mendukung keadilan.
Yanuardi kembali menegaskan pentingnya persatuan komunitas global untuk mengakhiri penderitaan akibat perang terutama dalam menentang pelanggaran HAM yang dilakukan oleh rezim otoriter.
"Semangat saudara kita di Ukraina harus terus menjadi fondasi perjuangan melawan rezim otoriter. Rusia telah menunjukkan pola pelanggaran HAM di Suriah dan Ukraina. Semoga kedamaian segera diberikan kepada mereka. Melihat kondisi ini, saya berharap dunia harus semakin bersatu untuk memastikan keadilan bagi para korban,” tutup Yanuardi.
Kemenangan rakyat Suriah atas rezim Assad adalah bukti bahwa perjuangan melawan kediktatoran dapat berhasil.
Dengan semangat solidaritas dan tekad global, perdamaian yang adil di Ukraina dan wilayah konflik lainnya tidak hanya menjadi harapan, tetapi juga kenyataan yang dapat menginspirasi dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat