Indonesia menunjukkan optimisme melalui potensi transformasi digital yang besar kendati menghadapi ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global. Dalam sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5% meskipun dibayangi tantangan seperti tingginya Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang berimbas pada efisiensi ekonomi. Dengan pemerintahan baru yang menetapkan target pertumbuhan ekonomi hingga 8%, peran ekonomi digital menjadi kunci utama untuk mencapai ambisi tersebut.
Asisten Deputi Pengembangan Digital Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Theodore Sutarto menjelaskan bahwa saat ini kondisi Indonesia, bahkan dunia sedang tidak baik-baik saja dan berpengaruh pada Indonesia.
Baca Juga: Tatap Dinamika Ekonomi Akhir 2024, Danamon Optimalkan Strategi Investasi dan Keuangan
Selain ada konflik perang, ada perubahan pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang baru dan patut diwaspadai karena masa depan masih buram.
Di sisi lain, Theodore mengimbau agar negara-negara lain, khususnya Indonesia, harus tetap waspada terhadap kebijakan pemerintaha baru AS yang bisa berdampak pada perekonomian global.
Theodore juga menilai bahwa sebenarnya peningkatan konsumsi dalam negeri yang 5 – 6% sudah baik dan target pemerintah untuk menargetkan pertumbuhan ekonomi sebanyak 8% didukung dengan baik oleh pihaknya.
“Kita akan menggenjot (pertumbuhan ekonomi) dari sisi investasi. Jadi diharapkan nanti ada pertumbuhan investasi sebesar 10% sehingga bisa mengejar pertumbuhan 8% itu. Juga ada pertumbuhan ekspor di kisaran 9%,” ucap Theodore dalam Economic & Business Outlook 2025: Kontribusi dan Peluang Ekonomi Digital Indonesia Menuju Pertumbuhan 8% di Era Pemerintahan Baru yang digelar oleh Warta Ekonomi di Jakarta, Kamis (19/12/2024).
Sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, pihaknya menyebut bahwa akan memperkuat pertumbuhan ekonomi melalui penguatan manufaktur.
“Jadi tidak hanya hilirisasi yang memang sudah ada, juga ada penguatan manufaktur, sektor jasa, pariwisata, juga konstruksi, perumahan dan ekonomi digital,” kata dia.
Kendati demikian, dia mengaku bahwa di pemerintahan belum ada suatu konsensus terkait pendekatan di bidang ekonomi digital dan kontribusinya pada PDB. Namun, pihaknya mengatakan akan mengunakan pendekatan input output.
“Semua aktivitas ekonomi yang dapat intervensi input digital baik data, atau teknologi digital lainnya dihitung sebagai aktivitas digital,” paparnya.
Sementara itu, Direktur Ekonomi Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Bonifasius, menyebut bahwa saat ini Indonesia berada di jalur transformasi besar menuju cita-cita 2045. Salah satu prasyarat dalam mewujudkan visi tersebut yakni pertumbuhan ekonomi harus konsisten di angka sekitar 8%.
Baca Juga: Wall Street Mulai Stabil, Investor Saham Menyoroti Data Ekonomi AS
“Kali ini harus konsisten di angka sekitar 8% setiap tahunnya. Untuk mencapai target ini tidak mudah dan kita harus berjuang. Tapi, apabila kita masih terus menjaga pertumbuhan ekonomi 8%, maka kita bisa menjadi negara dengan ekonomi terbesar nomor 7 bahkan nomor 5 di dunia,” ungkap Bonifasius.
Dalam konteks tersebut, kata dia, teknologi digital menjadi peranan strategis sekaligus menjadi key enabler pertumbuhan berbaagai sektor. Oleh sebab itu, dirinya mengimbau agar berbagai pihak saling bersinergi serta berkolaborasi untuk mencapai hal tersebut.
“Tidak boleh berhenti berinovasi, perjalanan menuju 8% itu memang tidak mudah. Tapi jangan berhenti berinovasi dan berkolaborasi,” tegasnya.
Baca Juga: Melonjak Lagi, Data Ekonomi Terbaru Kian Menguatkan Dolar AS
Bonifasius pun merinci beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia untuk mewujudkan target tersebut mulai dari kesenjangan infrastruktur digital, disrupsi teknologi yang memengaruhi sektor tradisional, isu teknologi data dan keamanan siber, hingga permasalahan kedaulatan digital dan dampaknya yang berimbas pada sosio kultural masyarakat.
“Isu tersebut harus kita hadapi secara seksama,” tutur Boni.
Menurut Boni, ada upaya untuk mengoptimalisasi transformasi digital di Indonesia. Pihak-pihak yang berkepentingan harus terintegrasi, kolaborasi dan secara terarah menyelesaikan tiga aspek fundamental.
Pertama, konektivitas digital yang merata. Hal ini dikarenakan luasnya wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan sehingga harus menjangkau seluruh wilayah secara merata. Kedua, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang digital.
“Tapi untuk menjadikan kesuksesan sebuah iklim digital, digital talent tidak hanya disupport oleh aspek-aspek sisi digital saja. Faktor ekonomi, hukum, bahkan design art itu menentukan,” kata dia.
Dan terakhir, dia mengimbau adanya penguatan kolaborasi antar lintas pemangku kepentingan atau stakeholder terkait.
Baca Juga: Soal PPN 12 Persen, Bank Indonesia: Berdampak Minim ke Inflasi dan Ekonomi RI
Sebagai informasi, pemerintahan baru di bawah Presiden terpilih Prabowo telah menetapkan ekonomi digital sebagai prioritas utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah-langkah antisipatif ini tidak hanya akan memperkuat daya saing Indonesia di kawasan ASEAN, tetapi juga memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar