PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sepanjang tahun ini berhasil menyalurkan gas sebesar 860 Billion British Thermal Unit per Day (BBTUD) dengan gas yang ditransmisikan sebesar 1.400 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).
Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Arief Setiawan Handoko menerangkan bahwa 56% dari total penyaluran terserap oleh kebijakan HGBT (Harga Gas Bumi Tertentu). Namun demikian, Ia mengakui jika penerapan program HGBT sebetulnya menggerus gross margin perseroan.
”HGBT ini memang sedikit mengurangi gross margin PGN,” ucap Arief dalam acara Energy Corner, Jakarta, Jumat (20/12/2024).
Berdasarkan peraturan terakhir yang berlaku, yaitu Peraturan Presiden (Perpres) No. 40 Tahun 2016 dan Peraturan Menteri ESDM No. 8 Tahun 2020, harga gas bumi untuk sektor tertentu ditetapkan sebesar US$6 per MMBTU. Angka tersebut jauh dari harga gas non HGBT dipasaran yang mencapai US$12 per MMBTU.
Saat ini HGBT berlaku untuk 7 sektor industri yang dianggap strategis oleh pemerintah, yaitu, Industri pupuk, petrokimia, baja, keramik, kaca, oleokimia, tekstil.
Baca Juga: PGN Siap Dukung Transisi Energi Melalui Optimalisasi Pasokan LNG
Program HGBT ini merupakan bagian dari kebijakan pemerintah Indonesia, khususnya di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kebijakan ini diperkenalkan sebagai salah satu bentuk dukungan pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri dan mengurangi biaya energi bagi sektor-sektor strategis.
Meski sedikit tergoyahkan akan implementasi dari kebijakan HGBT, terbukti PGN tetap mampu menjaga performa kinerja keuangan di tahun ini.
Baca Juga: Saat Kondisi Penuh Tantangan, PGN Berhasil Catat Pertumbuhan Laba Hingga 26%
Arief membeberkan bahwa PGN sukses membukukan pendapatan senilai US$2,8 miliar atau tumbuh sebesar 5% dibanding periode yang sama tahun 2023. Capaian ini juga diikuti oleh laba bersih senilai US$263 atau tumbuh sebesar 33% dibanding periode yang sama di tahun lalu.
Peningkatan juga terjadi pada EBITDA perusahaan yang meningkat senilai US$852 juta, atau tumbuh sebesar 5% di periode yang sama.
"Jadi, di satu sisi kita kurang supply gasnya tetapi kita melakukan cost optimization dengan menambah bisnis baru seperti LNG trading, kemudian LNG trading ke dalam negeri. Jadi, ini yang menambah daya kita untuk men generate revenue dan profit," tutup Arief.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: