Dulu Ditolak Melamar Kerja di KFC, Kini Pengaruh Bisnis Jack Ma Sampai ke Indonesia
Jack Ma adalah salah satu tokoh paling inspiratif di dunia ekonomi dan bisnis. Ceritanya ditolak lamaran kerja hingga 30 kali, termasuk oleh KFC, jadi salah satu yang paling diingat. Siapa sangka bahwa setelah itu, Jack Ma mampu mempengaruhi sebagian besar entitas bisnis kakap di dunia melalui Alibaba.
Kebangkitan Jack Ma dimulai ketika masa pertumbuhan teknologi eksponensial akhirnya melahirkan banyak perusahaan baru yang bersaing di pasar global. Salah satu yang paling menonjol adalah Alibaba Group, yang didirikan Jack Ma pada tahun 1999 di Tiongkok.
Alibaba memulai perjalanan bisnisnya sebagai platform e-commerce dan terus berkembang melayani berbagai segmen, seperti teknologi finansial, komputasi awan, media dan hiburan digital, serta inisiatif inovasi lainnya.
Alibaba dikenal sebagai platform e-commerce terbesar di dunia. Pada tahun keuangan terakhir, platform ini menghasilkan sekitar USD 420 juta dari transaksi senilai USD 485 miliar. Ketika Alibaba go public pada tahun 2014, perusahaan ini mengumpulkan USD 25 miliar dalam penawaran saham perdana, yang mencapai rekor tertinggi di bursa saham New York, melebihi Facebook.
Jack Ma juga memperluas bisnisnya melalui investasi besar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Langkah ini tidak hanya menguatkan pengaruh Alibaba di pasar global, tetapi juga memberikan dampak besar bagi industri teknologi dan e-commerce di tanah air.
Baca Juga: Mulai Disoroti Bisnis, Pemulihan Ekonomi Akan Diwarnai Naiknya Penggunaan AI
Berikut ini adalah pengaruh Jack Ma di dunia bisnis Indonesia, tepatnya melalui berbagai investasi.
Tokopedia dan GOTO
Pada 17 Agustus 2017, Tokopedia mengumumkan perolehan investasi senilai USD 1,1 miliar. Investasi ini berasal dari Alibaba Group, yang menjadikannya salah satu pemegang saham utama Tokopedia.
Sementara itu, pada tahun 2024, Alibaba juga mengukuhkan posisinya sebagai salah satu investor terbesar GoTo. Alibaba menandatangani kemitraan strategis berdurasi lima tahun dengan GoTo, yang mencakup penggunaan layanan cloud Alibaba Cloud.
Lazada
Pada April 2016, Alibaba mengakuisisi 67% saham Lazada senilai USD 1 miliar, yang menjadikannya sebagai pemegang saham mayoritas di enam negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada Juni 2017, Alibaba menambahkan suntikan modal senilai USD 1 miliar ke Lazada Group, dan pada Maret 2018, Alibaba kembali menyuntikkan dana sebesar USD 2 miliar.
Dengan total investasi mencapai USD 4 miliar, Lazada semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemain utama di pasar e-commerce Asia Tenggara.
J&T Express
Pada Mei 2017, Alibaba menjalin kolaborasi dengan perusahaan logistik J&T Express. Kerja sama ini menghasilkan anak perusahaan bernama J&T Alibaba yang berfokus pada UKM di sektor furnitur, pertanian, kerajinan tangan, makanan, dan minuman. Meskipun demikian, J&T Express hanya bertindak sebagai mitra, bukan mitra logistik resmi Alibaba.
True Money dan Alipay
Dalam sektor teknologi finansial, Alibaba mendirikan Ant Financial pada tahun 2014, yang mengoperasikan layanan pembayaran Alipay. Ant Financial juga memberikan pendanaan kepada Ascend Money pada November 2016, perusahaan induk layanan uang elektronik True Money. True Money sendiri telah hadir di Indonesia sejak September 2015 setelah mengakuisisi pemilik lisensi uang elektronik Witami Tunai Mandiri.
Pada tahun 2017, Ant Financial melakukan merger dengan HelloPay Group, layanan pembayaran daring milik Lazada. Setelah merger, HelloPay diubah namanya menjadi Alipay, disesuaikan dengan negara tempat beroperasinya, seperti Alipay Indonesia, Alipay Filipina, Alipay Malaysia, dan Alipay Singapura.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: