Kredit Foto: PLN
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menyebut pemanfaatan nuklir sangat penting dalam upaya RI mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT).
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan jika energi panas bumi dimanfaatkan secara maksimal akan habis di tahun 2035. Lantas EBT seperti hidro dan lainnya tak akan bisa bertahan baik jika tidak dibantu oleh gas.
Permasalahan lain yang timbul, terkait dengan karakteristik EBT yang bersiat intermitten dan cenderung jauh dari pusat demand diprediksi tak akan kuat dalam mencukupi kebutuhan energi di dalam negeri. Sementara, gas jika digunakan sepenuhnya untuk listrik, akan berpotensi membuat sektor lain tidak kebagian jatah, padahal gas khususnya LNG sangat penting untuk mendongkrak hilirisasi.
”Jika kita memproduksi di dalam negeri, kita akan menggunakan seluruh kargo LNG untuk pembakaran listrik daripada memfasilitasi pengembangan industri hilir. Jadi, kita tidak punya pilihan selain beralih ke nuklir. Kita tidak punya pilihan selain beralih ke nuklir,” tegas Darmawan pada gelaran Mandiri Investment Forum (MIF) di Jakarta, (11/02/2025).
Baca Juga: Menko Airlangga-CEO Masdar Diskusi Kerja Sama Energi Terbarukan, Dorong Eksplorasi Nuklir
Sayangnya, hingga saat ini perspektif masyarakat terhadap nuklir masih sangat tabu dan cenderung menolak untuk pembangunannya.
”Ketika kita berbicara tentang nuklir, kita berbicara tentang perizinan, kita berbicara tentang masalah sosial, kita berbicara tentang masalah politik,” ucap Darmawan.
Maka dari itu, katanya dibutuhkan effort besar Pemerintah dalam merubah pola pikir. Karenanya, dengan perkembangan teknologi yang kian modern penerapan nuklir terbukti tahan terhadap gangguan bahkan diterjang gempa. Seperti halnya keberadaan pembangkit nuklir yang berada di Fukushima, Jepang.
”Manusia berinovasi, teknologinya semakin kuat. Anda tahu, seperti Fukushima, ada kehancuran nuklir, ya, di Fukushima. Apakah ada yang tahu bahwa reaktor nuklir Fukushima sebenarnya mampu menahan guncangan nuklir, guncangan itu sendiri, tsunami itu sendiri, satu-satunya alasan mengapa mengalami kehancuran nuklir adalah karena setelah gempa, genset tenggelam di bawah air. Sistem pendingin tidak berfungsi, itulah sebabnya terjadi kehancuran nuklir,” tutupnya.
Baca Juga: Prabowo Kebut Pengembangan Generator Nuklir, Yakin Akan Bantu Dongkrak Ekonomi Indonesia ke 8%
Rencana pembangunan pembangkit nuklir, telah masuk dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasioanl (RUKN) dan Rencana Usaha Penambahan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034.
Hingga berita ini ditulis, melansir paparan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung, dalam rapat bersama DPR RI, Jakarta, Kamis (23/1/2025) diketahui, pembangunan PLTN direncanakan mulai dikerjakan pada 2029 dan diharapkan dapat beroperasi dan terhubung ke jaringan listrik nasional pada 2032.
Rencana ini mencakup pembangunan PLTN dengan teknologi small medium reactor (SMR) berkapasitas 250 megawatt, yang diperuntukkan bagi wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri