Kredit Foto: Kementerian Perdagangan
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Dyah Roro Esti Widya Putri, mengungkapkan Indonesia memiliki pendapatan domestik bruto (PDB) terbesar di ASEAN, sehingga memiliki peran besar dalam peningkatan nilai perdagangan dunia.
Wamendag menilai hal tersebut dapat menjadi pendorong semangat optimisme dalam menghadapi tantangan global, termasuk kondisi perdagangan yang penuh ketidak pastian seperti saat ini.
Baca Juga: IHSG Melesat 3,74% dalam Sepekan, tapi Deretan Saham Ini Justru Terjun Bebas
Sudah sepatutnya bagi Indonesia berkontribusi bagi pertumbuhan perdagangan dunia, baik regional maupun global.
Wamendag menyampaikannya dalam gelaran HSBC bertema ‘Transforming Indonesia: Redefining Growth, Reimagining Future’ Summit 2025 di Jakarta, Selasa, (22/4/2025).
“Indonesia merupakan negara ASEAN dengan PDB terbesar. Dengan peran tersebut, Pemerintah Indonesia dan khususnya Kementerian Perdagangan, terus berkomitmen memperkuat fondasi ekonomi nasional melalui strategi perdagangan yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan di berbagai kondisi,” ujar Wamendag Roro, dikutip dari siaran pers Kemendag, Minggu (27/4).
Wamendag Roro menyampaikan, World Economic Outlook (Oktober 2024), International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 sebesar 3,2 persen, sedikit lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 3,3 persen.
Namun, Asian Development Bank (ADB) memprediksi ekonomi Indonesia stabil di angka 5 persen pada 2025. Sedangkan, OECD sedikit lebih optimis dengan perkiraan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 0,1 persen menjadi 5,2 persen pada 2025.
"Ke depan, akan banyak dinamika terjadi, tetapi di tengah berbagai tantangan dalam perekonomian dan perdagangan global, kita harus tetap memandang masa depan penuh optimisme," lanjut Wamendag Roro.
Meningkatnya ketegangan geopolitik, berubahnya demografi global, disrupsi ekonomi dan keuangan digital, terganggunya rantai pasok global, gejolak harga pangan dan energi, serta pergeseran status ekonomi negara LDC’s menciptakan ketidakpastian yang berpengaruh pada arus perdagangan internasional.
“Namun, di sisi lain, Indonesia dapat memanfaatkan momen ini sebagai sebuah peluang peningkatan ekonomi dalam negeri. Potensi mineral Indonesia adalah produsen nikel ke-1 di dunia, produsen timah ke-3 di dunia, dan cadangan bauksit ke-6 terbesar di dunia,” terang Wamendag Roro.
Terkait Amerika Serikat yang telah menerapkan kebijakan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara mitra dagangnya, Wamendag Roro menjelaskan, sebagai negara non-blok, Indonesia akan bersinergi dengan negara-negara terkait dalam mencari jalan keluar terbaik dan saling menguntungkan.
“Kita juga patut bersyukur di tengah kondisi saat ini, fondasi ekonomi Indonesia tetap stabil dan kuat. Di sisi perdagangan internasional, neraca perdagangan Indonesia periode Januari-Februari 2025 kembali surplus senilai USD 6,59 miliar. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus di periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai USD 2,83 miliar,” ungkap Wamendag Roro.
Di sisi lain, perluasan dan peningkatan akses pasar internasional terus menjadi prioritas utama kebijakan perdagangan. Pemerintah secara aktif melanjutkan negosiasi dan penyelesaian berbagai perjanjian dagang strategis.
Hingga April 2025, Indonesia telah menjalin 21 perjanjian perdagangan dengan 30 negara mitra, mencakup PTA, FTA, dan CEPA di enam kawasan regional. Data menunjukkan, lebih dari 72 persen ekspor dan 74 persen impor Indonesia berasal dari negara mitra FTA. Angka ini mencerminkan pentingnya keberadaan perjanjian tersebut dalam mendukung pertumbuhan ekspor, menciptakan peluang kerja, dan memperkuat struktur ekonomi nasional.
“Dalam implementasi strategi tersebut, sinergi yang erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat merupakan faktor penting. Dengan upaya bersama, optimis dapat mengatasi berbagai tantangan yang ada,” tutup Wamendag Roro.
President Director PT Bank HSBC Indonesia, Francois de Maricourt menyampaikan, HSBC berkomitmen untuk selalu siap berkolaborasi dengan berbagai pihak.
“HSBC dengan tangan terbuka akan ikut serta dalam peningkatan daya saing global Indonesia dan berkontribusi dalam peningkatan sektor penanaman modal asing (foreign direct investment/FDI di Indonesia,” pungkas Francois.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya