Kredit Foto: Annisa Nurfitri
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan reli penguatan dalam beberapa hari terakhir, didorong terutama oleh lonjakan saham-saham berbasis emas. Namun, sejumlah analis pasar memperingatkan bahwa tren ini tidak sepenuhnya solid dan rawan koreksi dalam waktu dekat.
Senior Technical Analyst Mirae Sekuritas Tasrul Tanar menyatakan bahwa penguatan IHSG pada perdagangan hari ini, Selasa (6/5/2025), ditopang oleh saham-saham yang berkorelasi dengan harga emas global seperti BRMS, PSAB, ANTM, DFKT, dan CNKO. Meski demikian, ia menilai kenaikan IHSG mulai kehilangan momentum.
“Hari ini rata-rata saham yang naik itu saham-saham emas, karena harga emas juga sedang naik lagi. Tapi kalau saya lihat, IHSG ini mulai rawan. Naiknya pelan-pelan, tapi sudah mendekati batasnya,” ujar Tasrul.
Menurutnya, IHSG masih memiliki ruang untuk naik ke kisaran 7.120–7.130. Namun, volume perdagangan yang mulai melemah menjadi sinyal waspada bagi pelaku pasar.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Tertekan, Pasar Dibayangi Koreksi Wall Street dan Sinyal Perlambatan Ekonomi
“Volume supply terhadap demand mulai menipis. Artinya, dalam waktu dekat bisa terjadi koreksi,” tambahnya.
Pendapat senada disampaikan oleh Martha Christina, Head of Investment Information Team Mirae Asset Sekuritas. Ia melihat penguatan indeks saat ini tidak merata karena masih terbatas pada saham-saham tertentu, terutama berbasis komoditas emas.
“Penguatan disupport oleh saham-saham emas, tapi secara umum sentimen pasar masih lemah. Berita positif sangat minim, hanya ada penguatan rupiah dan net buy asing yang skalanya masih kecil,” kata Martha.
Martha juga menyoroti bahwa sebagian besar saham di sektor lain sudah berada pada titik jenuh, membatasi ruang untuk penguatan lanjutan. Ia menyarankan investor mulai fokus menyaring saham-saham dengan kinerja keuangan kuartal I yang solid.
Di tengah kondisi pasar yang masih selektif, beberapa emiten justru membukukan kinerja spektakuler. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS), dan PT Kabelindo Murni Tbk (KBLM) menjadi sorotan karena lonjakan laba signifikan yang mereka catatkan.
Baca Juga: Harga Saham Masih Terdiskon, Mandiri Sekuritas Bilang Ini Kesempatan Emas
“Antam jadi yang paling solid dan konsisten. Laba bersih mereka naik hingga triple digit, revenue tumbuh 200 persen, dan profit margin-nya pun terjaga. Dengan PE 7 dan PBV 1,8, Antam masih tergolong undervalued,” ungkap Martha.
MBSS mencetak pertumbuhan laba 290 persen, sementara KBLM menunjukkan pemulihan kuat dengan valuasi murah. Emiten lain seperti AISA, TAPG, DKFT, NICE, dan EMTK juga mencatatkan kinerja cemerlang.
Di sisi lain, Martha memperkirakan sektor non-cycle seperti barang konsumsi dan perkebunan kelapa sawit (CPO) akan menjadi pendorong utama pasar pada kuartal II 2025. Permintaan terhadap produk konsumen tetap tinggi, terutama menjelang dan sesudah Lebaran.
“Saham-saham CPO juga menunjukkan potensi stabil,” ujarnya.
Ia merekomendasikan agar investor berfokus pada saham-saham dengan fundamental kuat di sektor tersebut sebagai strategi jangka menengah hingga panjang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: