Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bursa Asia Kompak Menguat, Investor Ikuti Upaya De-eskalasi Perang Tarif di AS

        Bursa Asia Kompak Menguat, Investor Ikuti Upaya De-eskalasi Perang Tarif di AS Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bursa Asia kompak membukukan penguatan dalam perdagangan di Kamis (8/5). Pasar menyambut baik keputusan penahanan suku bunga hingga upaya de-eskalasi perang dagang yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS).

        Dilansir dari CNBC International, Jumat (9/5), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Semua indeks utama kompak mencatatkan kenaikan:

        • Hang Seng (Hong Kong): Naik 0,37% ke 22.775,92.
        • CSI 300 (China): Naik 0,56% ke3.852,90.
        • Shanghai Composite (China): Naik 0,28% ke 3.352,00.
        • Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,41% ke 36.928,63.
        • Topix (Jepang): Naik 0,09% ke 2.698,72.
        • Kospi (Korea Selatan):Naik 0,2% ke 2.579,48.
        • Kosdaq (Korea Selatan): Naik 0,94% ke 729,59.

        Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya dalam kisaran 4,25% hingga 4,5%. Keputusan tersebut sesuai dengan prediksi investor dan posisi ini tidak berubah sejak Desember 2025.

        Adapun Gubernur The Fed, Jerome Powell menjadi perhatian investor usai pernyataannya yang menggarisbawahi resiko risiko inflasi jangka panjang akibat kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

        "Jika tarif yang sudah diumumkan tetap pada level saat ini, bisa menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi jangka panjang," kata Powell.

        AS juga menjadi sorotan menyusul upaya de-eskalasi perang dagang yang dilakukan oleh negara tersebut, yang mana baru-baru ini mendapatkan perkembangan dari Inggris dan China.

        Trump mengumumkan bahwa dirinya telah mencapai kesepakatan dagang, termasuk soal tarif dengan Inggris. Hal tersebut menjadi kesepakatan pertama yang tercapai dengan negara yang terkena efek kebijakan tarif AS.

        Baca Juga: Anak Petani Brebes Diterima 4 Universitas Top Amerika, Sudirman Said: Tidak Ada Nepotisme

        Sementara Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent, dijadwalkan bertemu pada minggu ini dengan pejabat setingkatnya untuk membahas negosiasi dagang bersama dengan China di Swiss.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: