Perjalanan Sukses Keluarga Katuari Menjadi Konglomerat di Indonesia Lewat Wings Group
Kredit Foto: Istimewa
Nama keluarga Katuari mungkin belum sepopuler keluarga pengusaha lainnya di Indonesia, namun kontribusi mereka dalam dunia industri tak bisa dipandang sebelah mata.
Melalui Wings Group, keluarga ini berhasil membangun salah satu konglomerasi terbesar di Tanah Air, dengan produk-produk yang nyaris selalu hadir di setiap rumah tangga Indonesia.
Cikal bakal Wings Group dimulai pada tahun 1948 di Surabaya oleh dua sahabat, yaitu Johannes Ferdinand Katuari (Oen Jong Khing) dan Harjo Sutanto (Tan Siey Miauw). Bermula dari usaha rumahan membuat sabun batangan menggunakan soda api, mereka menamai usaha kecil ini Firma Thong Fat, dan produk pertamanya diberi nama Wings Soap..
Nama "Wings" dipilih karena menggambarkan mimpi besar mereka, yaitu agar usaha ini bisa "terbang" setinggi langit. Filosofi ini terbukti nyata dalam beberapa dekade, Wings menjelma dari industri rumahan menjadi kekuatan besar dalam sektor consumer goods.
Pada tahun 1970-an hingga 1990-an, Wings mulai menunjukkan taji. Mereka meluncurkan produk-produk legendaris seperti GIV, Ekonomi, dan So Klin, serta membangun jaringan distribusi luas di seluruh Indonesia.
Tahun 1991, nama perusahaan diubah menjadi PT Wings Surya, seiring profesionalisasi manajemen dan ekspansi bisnis.
Tak hanya di bidang sabun dan deterjen, mereka juga mulai membangun lini bisnis bahan baku, seperti PT Unggul Indah Cahaya untuk memproduksi alkylbenzene bahan utama deterjen. Di tengah krisis moneter 1998 yang melumpuhkan banyak perusahaan, Wings justru meluncurkan Deterjen Daia, yang langsung sukses di pasaran.
Kerja sama internasional pun dijalin. Tahun 1990-an, Wings menggandeng perusahaan Jepang Lion Corporation, melahirkan entitas PT Lioninda Jaya yang kemudian dikenal sebagai Lion Wings, produsen produk perawatan pribadi seperti Kodomo, Zinc, dan Ciptadent.
Kini, tongkat estafet kepemimpinan Wings Group berada di tangan generasi kedua, salah satunya adalah Eddy William Katuari, putra dari Johannes Ferdinand Katuari. Di bawah arahan Eddy, Wings memperluas portofolionya secara signifikan.
Produk makanan dan minuman seperti Mie Sedaap, Mie Sukses, Ale-Ale, Floridina, Neo Coffee, hingga Kecap Sedaap menjadi bagian dari strategi besar mereka dalam menembus pasar lebih luas. Bahkan, Mie Sedaap kini menjadi pesaing serius dari dominasi Indomie milik Indofood.
Eddy William Katuari, Putra Johannes Ferdinand Katuari
Tak hanya itu, Wings juga merambah ke berbagai sektor lain:
- Properti: termasuk kepemilikan The Apurva Kempinski Bali, lokasi perhelatan KTT G20 tahun 2022.
- Perkebunan dan Oleochemical: melalui perusahaan seperti PT Damit Mitra Sekawan dan PT Ecogreen, hasil kolaborasi dengan Grup Salim dan Grup Lautan Luas.
- Keramik dan Semen Fiber: lewat kerja sama dengan Siam Cement Group.
- Perbankan: melalui akuisisi PT Bank Multiarta Sentosa Tbk. (MASB).
- Makanan ringan: aliansi strategis dengan Calbee dan Glico asal Jepang untuk mendirikan perusahaan lokal di sektor snack.
Baca Juga: Cerita Met Hamami, Pernah Jadi Kolonel Termuda Indonesia hingga Sukses Bangun Trakindo Utama
Meski berada di balik puluhan merek terkenal, nama Katuari tetap jarang disorot publik. Sorotan besar baru datang ketika The Apurva Kempinski Bali, milik Wings, menjadi lokasi utama penyelenggaraan KTT G20 pada 2022.
Nama Eddy William Katuari pun mulai muncul sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia, dengan kekayaan yang diperkirakan mencapai US$1 miliar (sekitar Rp15,5 triliun) pada 2021, menjadikannya masuk dalam 50 besar taipan Indonesia.
Baca Juga: Cerita Sukses Kihachiro Onitsuka Membangun Sepatu Onitsuka hingga Berseteru dengan Nike
Pada tahun 2023, Forbes mencatat bahwa Keluarga Eddy Katuari masih masuk ke dalam 50 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan diperkirakan mencapai $1.03 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: