Cerita Met Hamami, Pernah Jadi Kolonel Termuda Indonesia hingga Sukses Bangun Trakindo Utama
Kredit Foto: Istimewa
Achmad Hadiat Kismet Hamami, yang lebih dikenal sebagai Met Hamami, merupakan salah satu tokoh inspiratif dalam dunia bisnis Indonesia. Namanya lekat sebagai pendiri Grup Tiara Marga Trakindo (TMT), distributor resmi alat berat Caterpillar di Indonesia.
Lahir pada 29 Juli 1930, Met Hamami bukan berasal dari latar belakang bisnis. Ia justru dikenal sebagai sosok militer dengan catatan prestasi luar biasa. Ia menempuh pendidikan di Koninklijk Instituut voor de Marine di Belanda (1950–1953), lalu melanjutkan ke Air Navigator’s School di Belanda (1953–1954), serta menjalani pelatihan penerbangan dan kepemimpinan di Royal Air Force Inggris (1954–1956 dan 1963). Dari sini, ia melesat menjadi pilot jet tempur dan kolonel termuda di Angkatan Udara Republik Indonesia.
Namun pada 1970, ia memutuskan untuk pensiun dini. Alasan utamanya adalah kekecewaan terhadap praktik kerja yang menurutnya tidak sehat. Hal ini menjadi titik balik penting dalam hidupnya, yaitu dari jalur militer menuju dunia bisnis.
Perjalanan bisnis Met Hamami dimulai dari titik nol. Usai pensiun, ia mengajar les matematika dan bahkan sempat berjualan es lilin di kawasan Kwitang demi menyambung hidup. Namun, semangat dan tekadnya tidak pernah padam.
Kesempatan emas datang ketika Caterpillar, perusahaan alat berat asal Amerika Serikat, mencari mitra baru di Indonesia. Reputasi bersih dan integritas Met Hamami selama di militer menjadi nilai lebih di mata Caterpillar. Pada 1970, dengan dukungan mereka, ia mendirikan PT Trakindo Utama, yang menjadi distributor resmi Caterpillar di Indonesia.
Kebetulan, saat itu Indonesia sedang memasuki era pembangunan masif di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, yang mendorong permintaan alat berat secara signifikan. Meskipun pesaing seperti Astra Group mulai bermunculan, Trakindo tetap tumbuh pesat karena visi dan manajemen Met Hamami yang solid.
Tidak berhenti di distribusi, Met Hamami terus memperluas cakupan bisnisnya. Ia mendirikan mendirikan beberapa perusahaan, seperti:
- PT Sanggar Sarana Baja (1977) – Layanan desain dan fabrikasi alat berat.
- PT Natra Raya – Perusahaan manufaktur alat berat.
- PT Chandra Sakti Leasing (1995) – Perusahaan pembiayaan alat berat.
- PT Chakra Jawara (2001) – Dealer dump truck IVECO.
- PT Tri Swardana Utama (2008) – Dealer truk berat Mercedes-Benz.
Ekspansi bisnis juga merambah ke sektor energi, infrastruktur, dan properti melalui PT ABM Investama Tbk dan PT Triyasa Propertindo. Bahkan, Met juga masuk ke sektor ritel dan kuliner melalui waralaba Carl’s Jr., Wingstop, dan supermarket LOKA.
Baca Juga: Suksesnya Karir Hilmi Panigoro, Lulusan Geologi yang Bawa Medco Group Semakin Besar
Dengan pendekatan yang kompleks, ia berhasil membangun ekosistem bisnis alat berat yang terintegrasi, mulai dari distribusi, pembiayaan, hingga layanan pasca jual.
Tantangan terbesar datang pada tahun 1999 ketika Met Hamami kehilangan penglihatannya akibat glaukoma. Meski kehilangan indera penglihatan, semangat juangnya tak luntur. Ia perlahan menyerahkan tongkat estafet kepada anak-anaknya:
- Muki Hamami memimpin Grup TMT,
- Bani Hamami mengelola PT Trakindo Utama,
- Mia Hamami menjalankan lini bisnis properti dan ritel.
Met Hamami wafat pada 29 November 2019, dalam usia 89 tahun. Ia meninggalkan warisan Trakindo Utama yang kini memiliki lebih dari 50 cabang di seluruh Indonesia, serta jejak kepemimpinan yang menginspirasi banyak orang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement