Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Terterkan Aksi Jual Investor Long-term, Harga Bitcoin Tak Bisa Tembus US$109.000

        Terterkan Aksi Jual Investor Long-term, Harga Bitcoin Tak Bisa Tembus US$109.000 Kredit Foto: Unsplash/Kanchanara
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Harga Bitcoin kembali menyentuh level US$109.000 di Rabu (9/7). Analis menyoroti adanya frustrasi dari kalangan investor bullish atas kurangnya pergerakan harga yang signifikan.

        Dilansir dari Coindesk, sentimen pasar semestinya didorong naik oleh aksi beli terus-menerus dari perusahaan publik dan aliran dana ke dalam spot exchange-traded funds, namun harga justru tertahan.

        Baca Juga: Phase Two, Ternyata Inilah Alasan Metaplanet Terus Serok Bitcoin

        Menurut Analis Bitcoin Marty Bent, tekanan jual dari pemegang jangka panjang yang tengah merealisasikan keuntungan besar menjadi salah satu penyebab utama. Ia memperkirakan volume penjualan ini satu harinya sempat mencapai 40.000 BTC.

        Meski demikian, ia menilai kemampuan pasar menyerap volume jual sebesar itu sambil tetap mempertahankan harga di atas US$107.000 sebagai sinyal super bullish. Ia menampik narasi bahwa harga ditekan oleh manipulasi paper bitcoin.

        Dalam perkembangan terkait, pihaknya juga menyoroti pengajuan publik yang dilakukan oleh Figma. Perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa mereka telah memiliki eksposur bitcoin exchange-traded funds senilai US$70 juta, serta persetujuan dewan untuk membeli tambahan US$30 juta dalam bentuk bitcoin spot.

        "Figma adalah perusahaan yang dijalankan dengan sangat baik, dengan produk yang digunakan hampir semua desainer," tulis Marty Bent.

        Ia menambahkan bahwa langkah startup tersebut untuk memasukkan bitcoin ke neraca keuangan merupakan sinyal bullish yang sangat kuat.

        Figma berbeda dengan sejumlah perusahaan yang mengadopsi strategi treasury bitcoin meski belum memiliki bisnis nyata, ia memiliki produk yang digunakan secara luas dan kini mengalihkan sebagian keuntungannya ke bitcoin.

        Bent juga menduga bahwa akan ada lebih banyak perusahaan swasta yang melakukan hal serupa dan akan mengungkapkan kepemilikan bitcoin mereka saat go public dalam 12–18 bulan ke depan.

        “Setelah cukup banyak perusahaan yang secara tak terduga mengungkapkan bahwa mereka menyimpan bitcoin dalam neraca, itu akan menjadi ‘standar baru’," tutur Bent.

        Baca Juga: Pendiri Twitter Bakal Luncurkan Protokol Chat Baru, Terinspirasi Bitcoin

        "Akan dianggap tidak bijak bagi startup mana pun untuk tidak menyimpan bitcoin, meskipun tidak berkaitan langsung dengan industri kripto," tambahnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: