Kredit Foto: Antara/Tri Meilani Ameliya
Penggunaan transportasi massal seperti Commuter Line dinilai semakin krusial dalam menekan dampak ekonomi dari polusi udara.
Berdasarkan riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa kereta Commuter Line hanya menghasilkan ±34,03 gram CO₂ per penumpang-kilometer, jauh lebih rendah dibandingkan kendaraan pribadi berbahan bakar bensin yang memproduksi sekitar 42 gram CO₂ per penumpang-kilometer.
Baca Juga: Wamen Ekraf Tekankan Buku Sumber Utama Ide dan Inovasi Banyak Sektor Kreatif
Dengan adanya efisiensi emisi ini menempatkan Commuter Line sebagai moda transportasi publik berkelanjutan yang semakin diminati masyarakat.
Tercatat bahwa sepanjang semester I tahun 2025, jumlah pengguna Commuter Line Jabodetabek tercatat mencapai 166.423.692 orang, naik 6,13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus, menegaskan bahwa keberadaan Commuter Line memberikan dampak signifikan dalam pengurangan emisi karbon sekaligus mengurangi beban lalu lintas.
“Jika dibandingkan dengan mobil pribadi yang memiliki kapasitas empat orang, maka sekali perjalanan Commuter Line dapat menggantikan sekitar 850 mobil. Bisa dibayangkan pengurangan gas karbon yang dihasilkan jika masyarakat beralih ke Commuter Line sebagai moda transportasinya,” jelas Joni.
Selain efisiensi karbon, transportasi massal juga menekan kerugian ekonomi akibat kemacetan. Terlihat dari data TomTom International BV, tercatat Jakarta menempati peringkat ke-5 kota termacet di dunia pada 2025, dengan rata-rata indeks kemacetan mencapai 43% pada jam sibuk pagi dan sore.
Hingga kini, KAI Commuter mengoperasikan 1.063 perjalanan Commuter Line Jabodetabek per hari, termasuk layanan ke Bandara Soekarno-Hatta dan Yogyakarta. KAI tetap memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan, seiring upaya menekan ketergantungan terhadap kendaraan pribadi.
“KAI Commuter berharap masyarakat dapat memberikan dukungan penuh terhadap isu polusi udara dengan menjadikan Commuter Line sebagai pilihan transportasi yang ramah lingkungan dalam mobilitas sehari-hari,” ujar Joni.
“Beralih ke moda berbasis rel tidak hanya mendukung efisiensi transportasi, tetapi juga merupakan bagian dari aksi nyata dalam mengatasi isu lingkungan,” lanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait: