Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Investor Asing Kabur dari Saham Bank BUMN, Waspadai Beban Proyek

        Investor Asing Kabur dari Saham Bank BUMN, Waspadai Beban Proyek Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Investor asing tercatat menarik dana dari pasar saham Indonesia, terutama dari sektor perbankan milik negara. Tren ini menguat seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap potensi penugasan proyek pemerintah kepada bank BUMN yang dinilai berisiko terhadap profitabilitas.

        Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menyebut kehati-hatian investor asing meningkat, khususnya terhadap bank-bank pelat merah. "Investor asing sekarang cukup waspada, terutama terhadap bank-bank milik negara. Ada kekhawatiran bahwa bank-bank ini akan diminta mendanai proyek-proyek yang belum tentu menguntungkan secara komersial, terutama di sektor energi terbarukan," ujar Rully, Rabu (16/7/2025).

        Baca Juga: Suspensi Dibuka, Saham Krakatau Steel Langsung Anjlok ke ARB

        Menurutnya, meskipun sektor energi baru dan terbarukan menjanjikan dalam jangka panjang, namun belum memberikan arus kas yang cepat. “Renewables itu sektor yang menjanjikan, tapi secara arus kas tidak bisa langsung balik modal dalam waktu dekat. Investor mempertimbangkan itu,” jelasnya.

        Tekanan juga datang dari kinerja sektor perbankan pada kuartal I/2025 yang melambat. Pertumbuhan kredit menurun dan rasio kredit bermasalah (NPL) meningkat. Rully memperkirakan laporan keuangan semester I/2025 belum menunjukkan perbaikan signifikan.

        Baca Juga: BEI Awasi 4 Saham Berstatus UMA, Tiga Di Antaranya Pendatang Baru

        “Ekspektasi perbaikan kinerja perbankan di semester I kemungkinan masih lemah. Loan growth lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya, dan kualitas aset belum membaik,” tambahnya.

        Ia juga mencermati sikap Bank Indonesia yang beberapa kali merevisi proyeksi pertumbuhan kredit. Hal ini, menurutnya, memperkuat pandangan bahwa bank akan lebih konservatif dalam penyaluran pinjaman, terutama ke sektor dengan risiko tinggi.

        “Sentimen pasar terhadap bank BUMN sedang tidak kuat. Kita akan lihat apakah ada perubahan strategi atau guidance dari manajemen bank dalam waktu dekat,” tutup Rully.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: