Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kripto Perlahan Menguat Kembali Usai Terkoreksi, Harga Bitcoin Sentuh US$120.000

        Kripto Perlahan Menguat Kembali Usai Terkoreksi, Harga Bitcoin Sentuh US$120.000 Kredit Foto: Unsplash/Art Rachen
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Harga Bitcoin perlahan kembali menguat setelah sempat terkoreksi tajam pada Rabu (16/7). Hal ini menyusul aksi ambil untung para trader dan meningkatnya ketidakpastian terkait arah kebijakan moneter dari Amerika Serikat (AS).

        Dilansir dari Coinmarketcap, Kamis (17/7), bitcoin kembali sempat menyentuh level US$120.000. Sebelumnya aset kripto tersebut jatuh dari rekor tertinggi akibat peningkatan inflow ke bursa dan rilis data inflasi terbaru dari AS.

        Baca Juga: 9.000 BTC Dijual Whale Era Satoshi, Bikin Harga Bitcoin Sempat Jatuh ke US$116.000

        Kepala Riset CryptoQuant, Julio Moreno mengatakan bahwa lonjakan inflow bitcoin ke bursa kripto merupakan indikasi bahwa para trader berupaya mengamankan keuntungan setelah reli harga yang signifikan.

        “Inflow ke bursa meningkat saat harga mencapai rekor tertinggi baru kemarin. Biasanya ini memicu volatilitas harga,” kata Moreno melalui akun X (Twitter).

        Data on-chain menunjukkan bahwa aksi ambil untung menjadi pendorong utama koreksi harga ini. Sementara itu, angka inflasi yang lebih tinggi dari tahun lalu tetap menjadi perhatian pasar, khususnya di AS. Indeks Harga Konsumen (CPI) AS Juni naik menjadi 2,7% secara tahunan, dari 2,4% pada periode yang sama tahun lalu.

        Kondisi ini diperburuk oleh ketidakpastian seputar masa depan Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Ia kabarnya dapat digantikan oleh sosok yang lebih dovish. Spekulasi mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh ketua baru bank sentral bisa menjadi sentimen positif bagi pasar aset kripto.

        Namun Moreno memperingatkan bahwa pemegang jangka pendek saat ini menikmati keuntungan rata-rata sekitar 10%. Angka tersebut masuk dalam kategori zona bahaya yang secara historis sering diikuti oleh koreksi harga lebih lanjut.

        “Saya tidak berpikir itu adalah puncaknya,” kata Moreno.

        Baca Juga: Adopsi Bitcoin, Produsen Kayu Asal Indonesia Putuskan Terima Pembayaran Kripto

        Ia menambahkan bahwa ruang masih terbuka untuk reli lanjutan jika kebijakan moneter mendukung.Bitcoin saat ini tengah menavigasi tekanan makroekonomi yang beragam, mulai dari inflasi yang melekat, kebijakan tarif dagang, hingga potensi perubahan kepemimpinan di bank sentral dari AS.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: