Sebelum Dibeli Elon Musk, Begini Cerita Martin Eberhard dan Marc Tarpenning Membangun Tesla Motors
Kredit Foto: Unsplash/Charlie Deets
Nama Tesla hari ini sudah tak asing di telinga banyak orang. Perusahaan otomotif ini dikenal sebagai pionir mobil listrik mewah yang menawarkan performa tinggi, desain futuristik, dan efisiensi energi luar biasa.
Meski Elon Musk kini dikenal sebagai pemilik Tesla, tetapi ada dua sosok penting yang sering luput dari sorotan tentang kejayaan Tesla, Martin Eberhard dan Marc Tarpenning.
Martin Eberhard lahir pada 15 Mei 1960 di Berkeley, California, dan dibesarkan di Kensington. Ia menempuh pendidikan teknik komputer di University of Illinois Urbana-Champaign dan lulus pada 1982, lalu melanjutkan gelar magister di bidang teknik elektro di universitas yang sama. Sedangkan Marc Tarpenning, lahir di Sacramento, California, pada 1 Juni 1964. Ia meraih gelar sarjana ilmu komputer dari University of California, Berkeley, pada tahun 1985.
Keduanya mengawali karier sebagai insinyur di berbagai perusahaan teknologi. Eberhard sempat bekerja di Wyse Technology, Belfort Memory International, dan Network Computing Devices (NCD) yang ia dirikan sendiri. Sementara Tarpenning mengembangkan kemampuannya di perusahaan multinasional seperti Textron di Arab Saudi, Seagate Technology, dan Bechtel.
Tahun 1997 menjadi titik temu penting bagi Eberhard dan Tarpenning. Mereka berkolaborasi mendirikan NuvoMedia, perusahaan teknologi yang kemudian meluncurkan Rocket eBook, perangkat e-book pertama yang mampu menerima konten digital secara aman melalui internet. Di sini, Eberhard menjabat sebagai CEO, sementara Tarpenning memimpin pengembangan teknologi. NuvoMedia kemudian diakuisisi oleh Gemstar pada tahun 2000 dengan nilai mencapai US$187 juta.
Kesuksesan NuvoMedia tidak membuat mereka berhenti berinovasi. Tahun 2003, berangkat dari keresahan terhadap ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil, mereka mendirikan Tesla Motors di Palo Alto, California. Nama Tesla diambil sebagai penghormatan kepada ilmuwan listrik ternama, Nikola Tesla. Eberhard menjadi CEO, sedangkan Tarpenning menjabat sebagai CFO dan Wakil Presiden Teknik.
Baca Juga: Tesla dan BMW Bersaing Mobil Listrik Laris di Malaysia
Tesla berdiri dengan visi besar, yaitu menciptakan mobil listrik berperforma tinggi yang bisa menyaingi mobil berbahan bakar bensin. Modal awal didanai dari kantong pribadi mereka. Namun karena ambisi proyek yang besar, pada 2004 mereka mencari pendanaan eksternal dan menemukan sosok Elon Musk. Pendiri PayPal tersebut akhirnya menyuntikkan dana lebih dari US$30 juta dan ditunjuk sebagai co-founder sekaligus chairman perusahaan.
Di bawah arahan Eberhard dan Tarpenning, Tesla Motors mengembangkan Tesla Roadster, mobil sport listrik yang menggemparkan dunia otomotif. Prototipe Roadster diperkenalkan pada tahun 2006 dan diluncurkan secara resmi pada 2008. Mobil ini mampu menempuh jarak hingga 394 km dalam sekali pengisian daya—angka yang luar biasa pada masanya dan membuka mata dunia terhadap potensi mobil listrik.
Sayangnya, pada 2007, Eberhard mundur dari jabatan CEO dan kemudian meninggalkan perusahaan, disusul oleh Tarpenning pada tahun berikutnya. Meskipun begitu, keduanya tetap menjadi pemegang saham dan mewariskan fondasi kuat bagi pertumbuhan Tesla.
Setelah keluar dari Tesla, Eberhard tidak berhenti berkarya. Ia sempat bergabung dengan divisi kendaraan listrik Volkswagen AG dan mendirikan perusahaan baru yang berfokus pada sistem baterai untuk kendaraan listrik. Sementara itu, Tarpenning memilih menjadi investor ventura, aktif mendukung startup teknologi bersih, serta menjadi penasihat bagi sejumlah perusahaan inovatif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: