EBC Soroti Paket Indonesia ke AS, Sebut Ada Kartu Emas Buat Lunakkan Trump
Kredit Foto: Antara/Rizal Hanafi
EBC Financial Group soroti bergaman kesepakatan dagang senilai yang dilakukan sejumlah perusahaan nasional dan korporasi dari Indonesia dan Amerika Serikat (AS). Diketahui, Kesepakatan tersebut mencakup sektor energi, pertanian, aviasi, serta mineral strategis.
EBC Financial Group Chief Executive Officer (CEO), David Barrett mengatakan bahwa negosiasi tersebut tak hanya mencerminkan pendekatan aktif dalam perdagangan, namun juga kekuatan dari Indonesia.
Baca Juga: IHG Luncurkan Hotel Kimpton Pertama di Indonesia
“Indonesia hadir bukan sebagai pihak yang ditekan, melainkan sebagai mitra dagang strategis,” ujar David Barrett, dilansir Rabu (23/7).
Barrett menilai bahwa kerja sama ini bukan hanya soal nilai impor, tetapi juga mencerminkan komitmen terhadap ketahanan energi, ketangguhan pertanian, dan akses jangka panjang ke mineral strategis yang menjadi kunci geopolitik perdagangan global ke depan.
Salah satu poin penting dalam kesepakatan adalah komitmen impor gandum senilai US$1,25 miliar. Kesepakatan ini diharapkan mendukung sektor pengolahan makanan dan penggilingan tepung nasional. FKS Group dan Sorini Agro Asia Corporindo dan beberapa perusahaan lokal terlibat langsung dalam kerja sama dengan raksasa agribisnis seperti Cargill.
Pertamina dalam sektor energi juga menandatangani nota kesepahaman terkait peningkatan impor liqufied petroleum gas dan bahan bakar olahan dari Amerika Serikat. Kesepakatan ini dinilai akan berdampak pada tolok ukur harga komoditas terkait di Asia-Pasifik.
Barret menyebut pemerintah berperan sebagai fasilitator dalam proses negosiasi, yang menghasilkan sejumlah nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan lokal dan AS. Kesepakatan ini dinilai membuka peluang baru bagi penguatan industri nasional, peningkatan lapangan kerja, dan ketahanan pasokan strategis.
“Dalam konteks penataan ulang perdagangan global, mereka butuh mitra mineral yang bisa diandalkan. Di situ letak kekuatan kartu dari Indonesia,” kata Barrett.
Kesepakatan ini memperkuat posisi tanah air sebagai aktor utama dalam strategi perdagangan regional. Dengan pendekatan yang menekankan ketahanan pangan, akses energi, dan peran strategis dalam rantai pasok, pemerintah menampilkan diri sebagai mitra dagang yang proaktif di tengah dinamika ekonomi global.
Barret juga menyebut bahwa peningkatan impor produk pertanian diperkirakan akan berdampak pada harga gandum dan jagung dalam pasar domestik, sekaligus mengubah pola distribusi bahan pangan di Asia-Pasifik.
Baca Juga: Prabowo Sambangi Jokowi, Ceritakan Perjalanan Negosiasi hingga Tuntaskan CEPA
Untuk jangka panjang, pemerintah berupaya mengubah posisi Indonesia dari sekadar eksportir komoditas mentah menjadi pemain dalam manufaktur dan energi hijau bernilai tambah tinggi di kancah global.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: