Kedaulatan Moneter Eropa Terancam Dominasi Stablecoin Berbasis Dolar
Kredit Foto: Unsplash/ Bermix Studio
Penasihat Senior Bank Sentral Eropa (ECB) Jürgen Schaaf mengatakan bahwa dominasi awal dolardalam pasar stablecoin global memberi keuntungan strategis dan ekonomi bagi Washington. Namun hal tersebut juga menimbulkan risiko serius bagi Eropa.
Schaaf memperingatkan bahwa penyebaran luas stablecoin berbasis dolar dapat menaikkan biaya pinjaman bagi kawasan euro, mengurangi otonomi kebijakan moneter, serta memperkuat ketergantungan geopolitik euro terhadap Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Tak Semua Bahagia, Italia Malah Curigai Kesepakatan Uni Eropa-AS
"Dominasi dolar akan memungkinkan mereka membiayai utangnya dengan biaya lebih murah dan mempertahankan pengaruh global," kata Schaaf, dilansir Selasa (29/7).
"Sementara bagi Eropa, ini berarti biaya pembiayaan yang lebih tinggi, berkurangnya otonomi moneter, dan ketergantungan strategis," ungkapnya.
Schaaf menambahkan, jika stablecoin dolar digunakan secara luas dalam kawasan euro, baik untuk transaksi, tabungan, maupun penyelesaian pembayaran, maka kemampuan bank sentral euro untuk mengendalikan kondisi moneter bisa terganggu.
Hingga saat ini, stablecoin berbasis euro masih tertinggal jauh, dengan total kapitalisasi pasar kurang dari €350 juta. Untuk itu, Schaaf mendesak agar zona euro segera mempercepat peluncuran euro digital yang saat ini masih tertunda akibat hambatan legislatif.
Ia juga menekankan pentingnya mendorong penciptaan lebih banyak stablecoin berbasis euro dan penggunaan teknologi ledger terdistribusi (DLT) untuk mempercepat transaksi lintas batas yang murah.
Baca Juga: Sri Mulyani Ingin Ekonomi RI Ngebut 5%, KSSK Kompak Jaga Stabilitas
"Koordinasi global dalam regulasi stablecoin menjadi sangat krusial. Jika tidak ada pendekatan bersama, kita berisiko menghadapi ketidakstabilan, arbitrase regulasi, dan dominasi dolar secara global," tutur Schaaf.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: