Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri tetap stabil sekitar 5,4 persen ditengah ketidakpastian gelobal. dampak dari penerapan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat yang mulai berlaku 1 Agustus 2025.
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Ikhsan Utama mengatakan, kondisi ini dinilai berpotensi menekan prospek pertumbuhan ekonomi global, terutama pada negara maju seperti AS, Eropa, dan Jepang.
"Kebijakan tarif itu sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi global. Ketidakpastian cendrung meningkat, akan tetapi pada bulan ini sudah pada tahap mulai stabil. Dengan demikian, pertumbuhan perekonomian dunia cenderung melambat," katanya, Rabu (30/7/25).
Ikhsan menjelaskan, prospek ekonomi global di pertengahan tahun 2025 diprakirakan masih lemah dengan proyeksi pertumbuhan sekitar 3,0 persen. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan fiskal ekspansif dan pelonggaran moneter yang belum mampu mendorong pertumbuhan di negara maju.
"Pemulihan ekonomi Tiongkok yang belum solid, meski strategi diversifikasi ekspor terus dilakukan. Ditambah kinerja ekonomi India tetap tangguh, ditopang permintaan domestik yang kuat. BI mencermati peningkatan Trade Policy Uncertainty sebagai salah satu faktor utama naiknya indeks ketidakpastian global tersebut," jelasnya.
Menurut Ikhsan, ekonomi domestik diprediksi tetap solid, lantaran ditopang oleh kinerja ekspor dan aliran modal asing. Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada semester II 2025 berada dalam kisaran 4,6–5,4 persen,
"Hal itu, didorong oleh menguatnya permintaan domestik. Tetap positifnya kinerja ekspor, termasuk hasil perundingan tarif dengan pemerintah AS. Respons positif terhadap bauran kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia yang meningkatkan keyakinan pelaku usaha," ujarnya.
Ikhsan memastikan, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Neraca pembayaran tetap sehat, cadangan devisa kuat. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2025 diprakirakan tetap kuat.
Baca Juga: Bank Indonesia Tak Agresif Borong Emas, Berbeda dengan Tren Bank Sentral Dunia
"Hal ini tercermin dari surplus neraca perdagangan Mei 2025 sebesar USD 4,3 miliar, meningkat signifikan dari April sebesar USD 0,2 miliar," terangnya.
Aliran modal asing ke instrumen keuangan domestik yang tetap positif. Hingga pertengahan Juli 2025, net inflows ke SBN tercatat USD 0,9 miliar, melanjutkan tren triwulan sebelumnya.
Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2025 mencapai USD 152,6 miliar, setara dengan 6,4 bulan impor, jauh di atas standar kecukupan internasional.
"Defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap rendah dalam kisaran 0,5 persen –1,3 persen terhadap PDB, mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," katanya.
Inflasi bulan Juli 2025 diprediksi tetap terkendali dalam sasaran dan stabilitas terjaga. Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2025 mencatat inflasi sebesar 1,87 persen (yoy), tetap terkendali dan mendukung stabilitas ekonomi nasional.
Faktor utama yang menopang inflasi rendah antara lain Inflasi inti turun menjadi 2,37 persen (yoy) berkat konsistensi suku bunga dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Inflasi volatile food (VF) rendah di 0,57 persen (yoy) karena pasokan pangan utama mencukupi dan sinergi pengendalian inflasi TPIP/TPID melalui GNPIP.
"Inflasi administered prices (AP) juga terkendali di 1,34 persen (yoy), meskipun terdapat penyesuaian tarif air dan cukai tembakau," ucapnya.
Ke depan, inflasi 2025 dan 2026 diprakirakan berada dalam sasaran 2,5±1 persen, ditopang ekspektasi inflasi yang terjaga, imported inflation yang rendah, serta akselerasi digitalisasi.
Baca Juga: Bank Indonesia Ambil Alih Pengawasan Derivatif PUVA, ICDX Jadi SRO Pertama!
"Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi bulan Agustus. Menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi. Memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.
Dalam hal ini, BI akan terus bersinergi dengan kebijakan fiskal dan sektor riil di pemerintah guna mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
"Langkah strategis ini diharapkan memperkuat fondasi ekonomi nasional dalam menghadapi dinamika gelobal yang penuh ketidakpastian tersebut," tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Romus Panca
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: