Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tantiem, Etika, dan Power of Giving: Sikap Denny JA sebagai Komisaris

        Tantiem, Etika, dan Power of Giving: Sikap Denny JA sebagai Komisaris Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menanggapi arahan Presiden Prabowo Subianto agar para komisaris fokus memajukan BUMN yang mereka emban dan tidak sekadar mengejar tantiem, Denny JA, yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi, menyatakan dukungan penuhnya.

        Tantiem adalah bonus tahunan yang diberikan kepada direksi dan komisaris sebuah perusahaan, sebagai bentuk penghargaan atas kinerja keuangan atau pencapaian target tertentu. Besarannya bervariasi dan biasanya ditentukan oleh pemegang saham melalui RUPS.

        “Pesan Presiden lebih dari sekadar kebijakan. Itu undangan moral dan spiritual untuk mengembalikan jabatan publik pada kodratnya: sebagai sarana pengabdian, bukan ladang insentif,” ujar Denny.

        “Saya menerima pesan Presiden sebagai panggilan hati. Sebuah kesempatan untuk menjadikan jabatan bukan sekadar posisi strategis, tapi jalan kontribusi yang bermakna.”

        Sejak diangkat sebagai Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi pada Juli 2025, Denny JA memilih untuk tidak hanya bekerja melalui rapat-rapat formal. Ia juga aktif berkontribusi lewat pemikiran, tulisan, dan semangat perubahan.

        Ia telah menulis lebih dari 20 esai tentang energi—mulai dari strategi peningkatan lifting minyak, ketahanan energi nasional, hingga geopolitik OPEC.

        Mwnurutnya tulisan-tulisan tersebut kini tengah disusun menjadi buku berjudul Make Pertamina Great Again: Minyak, Politik dan Bisnis di Era AI.

        Dalam polemik tentang tantiem komisaris, Denny JA juga mengklarifikasi pandangannya yang sempat ditafsirkan berbeda oleh publik.

        Menurutnya, dalam perspektif ilmu tata kelola korporasi global, pemberian tantiem kepada komisaris di sistem two-tier board (seperti di Indonesia) adalah praktik yang sah dan lazim.

        “Di banyak negara Eropa, dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsi pengawasan strategis diberi tantiem. Di dalam sistem two-tier, komisaris bukan sekadar simbol, tapi aktor nyata dalam pengambilan keputusan,” ujar Denny.

        Namun ketika Presiden Prabowo memutuskan untuk menghapus tantiem sebagai bentuk transformasi moral BUMN, Denny langsung menyatakan komitmennya.

        “Saya ikut memenangkan Presiden dan menyetujui banyak gagasan besarnya. Maka ketika Presiden berbicara soal tugas komisaris BUMN, saya ikut berdiri di barisan yang sama. Ini bukan soal uang, tapi soal arah.”

        Denny JA menyetujui reformasi BUMN seharusnya tidak berhenti pada struktur atau kebijakan, tetapi menyentuh jiwa dan etos kolektif lembaga negara.Spirit lembaga negara adalah pengabdian.

        “Sesungguhnya, kontribusi terbaik tidak diukur dari angka yang masuk ke rekening pribadi, tapi dari nilai yang tertanam dalam sejarah negeri. Dan nilai itu hanya bisa lahir dari kekuatan paling sunyi, namun paling dahsyat: Power of Giving,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Sufri Yuliardi
        Editor: Sufri Yuliardi

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: