Kredit Foto: Azka Elfriza
Keuangan inklusif tidak hanya sebagai respon terhadap perkembangan teknologi dan disrupsi digital, tetapi sebagai wujud komitmen pembangunan berkeadilan termasuk kesetaraan gender. Sejalan dengan itu akselerasi literasi keuangan digital juga memerlukan pendekatan yang inklusif.
Untuk itu perempuan, UMKM, pelajar, masyarakat berpenghasilan rendah, pekerja migran, hingga masyarakat di daerah tertinggal, turut berperan aktif dalam pemanfaatan teknologi keuangan digital. Inilah saatnya kita bergerak bersama untuk menciptakan digital talent for all, demi terwujudnya ekosistem ekonomi digital yang berkeadilan.
Demikian mengemuka dalam diskusi bertajuk 'Strategi Pengembangan Talenta Digital untuk Akselerasi Literasi Keuangan Digital', di Jakarta International Convention Center (JICC), Sabtu (9/8/2025). Diskusi ini digelar dalam rangkaian Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025.
Baca Juga: BI Catat Modal Asing Masuk Rp9,24 Triliun Meski Rupiah Melemah
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi menegaskan bahwa dalam transformasi keuangan digital, perempuan hadir tidak hanya sebagai penerima manfaat tetapi harus mampu menjadi agen perubahan. Oleh karenanya pembangunan SDM menjadi prioritas utama.
“KKI 2025 sebagai forum yang tidak hanya hadir sebagai respons terhadap perkembangan teknologi dan disrupsi digital tetapi juga merupakan manifestasi nyata dari komitmen bersama untuk menciptakan literasi keuangan digital yang adil terutama bagi perempuan Indonesia," ujar Menteri Arifah.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti menyampaikan bahwa di tengah akses keuangan digital berkembang begitu cepat, peningkatan literasi keuangan masih menjadi tantangan. Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) OJK 2024 mencatat literasi keuangan Indonesia sebesar 66,46%, sedangkan hasil survei OECD 2023 menunjukkan skor Indonesia sebesar 57, di bawah rata-rata global 60,3.
"Untuk menjawab tantangan peningkatan literasi keuangan digital, peranan talenta-talenta digital yang memiliki karakter digital savvy dan technology savvy menjadi penting. Tidak hanya teknologi dan digital savvy, tetapi talenta digital ini juga diharapkan memiliki impact driven. Oleh karenanya komitmen dan konsistensi, inovasi, dan sinergi menjadi kunci untuk mewujudkan hal tesebut," imbuhnya.
Lebih lanjut, Ia menekankan bahwa ke depan, penguatan literasi keuangan harus dilakukan melalui edukasi yang relevan dan humanis, menggunakan pendekatan personal, inovatif, dan dinamis. “BI juga akan memperkuat literasi dan inklusi keuangan nasional melalui sinergi kebijakan, program edukasi, dan pemanfaatan teknologi digital. Sebagai upaya peningkatan inklusi keuangan, Bank Indonesia mengedepankan pendekatan kolaboratif dengan pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat."
Baca Juga: BI Wanti-Wanti! Kerugian Iklim Bisa Capai 40% dari PDB Indonesia
Sebagai upaya mengakselerasi peningkatan literasi keuangan, BI menerbitkan buku Kajian Pemetaan Kompetensi Literasi Keuangan Digital sebagai referensi dalam melakukan kegiatan edukasi keuangan digital di Indonesia.
Sebagai anggota Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI), BI menjalankan berbagai inisiatif penguatan literasi keuangan yang menyasar masyarakat dari berbagai kelompok sasaran prioritas, termasuk perempuan, UMKM, masyarakat berpenghasilan rendah, pelajar, pekerja migran, dan masyarakat di wilayah 3T.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: