Pengrajin di Pariaman Didorong Naik Kelas Lewat Kreativitas hingga Perlindungan Hak Cipta
Kredit Foto: Dok. Kemenekraf
Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf), Teuku Riefky Harsya, melakukan diskusi dengan 12 pegiat ekonomi kreatif lokal di Kantor Wali Kota Pariaman, Sumatera Barat.
Dalam diskusi yang berlangsung pada Sabtu (9/8/2025), Menteri Ekraf mendorong pengrajin di Pariaman untuk naik kelas melalui kreativitas, digitalisasi, dan perlindungan hak cipta.
Baca Juga: Kemenpar Perkenalkan Industri Pariwisata kepada Siswa Sejak Dini
“Kita harus sadar bahwa para pegiat ekraf terbagi dalam beberapa klaster seperti rintisan, berdaya, dan mandiri. Kementerian Ekraf terus berperan dalam hal akselerasi sehingga para pegiat ekraf yang masih dalam kategori berdaya bisa didorong menjadi mandiri melalui proses kurasi, penentuan Intellectual Property (IP), mengangkat akses scale up, dan promosi maupun jejaring,” ujar Menteri Ekraf, dikutip dari siaran pers Kemen Ekraf, Senin (11/8).
Kondisi ini sejalan untuk menjadikan ekonomi kreatif yang memegang peranan dalam mewujudkan pembangunan merata. Menteri Ekraf juga menyoroti fokus pada tujuh subsektor prioritas ekonomi kreatif dan menekankan perlunya penguatan rantai nilai, termasuk kolaborasi, pemasaran digital dan perlindungan hak kekayaan intelektual
“Dari 17 subsektor ekonomi kreatif di Indonesia, ada 7 subsektor yang diprioritaskan atau difokuskan selama 5 tahun ke depan seperti kuliner, kriya, fesyen, gim, aplikasi, film-animasi-video, dan musik. Para pegiat ekraf juga harus memahami rantai nilai ekonomi kreatif sehingga mereka bisa melihat seperti apa tantangannya dan menciptakan kualitas produk yang lebih terintegrasi untuk marketplace online maupun offline,” ungkap Menteri Ekraf.
Sebagai kota pesisir, Pariaman memiliki garis pantai sepanjang sekitar 12 km dan dikelilingi Kabupaten Padang Pariaman sehingga menjadikan kota ini sebagai penyangga strategis bagi Kota Padang. Dari 12 orang, ada dua perwakilan dari pegiat ekraf yang hadir untuk menyuarakan seperti apa tantangan yang mereka hadapi untuk membangun dan memiliki variasi bisnis berbasis ekonomi kreatif.
“Kendala saya selama ini sewaktu stok produk sudah banyak, tempat pemasaran terlalu sulit. Saya mohon kalau bisa diadakan suatu wadah atau tempat menampung semua produk ekraf di Pariaman sehingga para pengrajin cukup fokus membuat saja. Ada sentra lain yang bisa mempromosikan sekaligus menjual hasil produknya,” ungkap Adek Ratman sebagai pembuat suvenir tabuik mini atau pegiat ekraf subsektor kriya.
Salah satu pegiat ekraf yang hadir dari subsektor fesyen, Dedek Andika juga menceritakan tantangan tersendiri untuk membangun bisnis yang cukup besar dengan mengangkat potensi motif batik sampan.
“Kendala kami yaitu kurangnya diversifikasi produk. Untuk kondisi sekarang, modal hanya cukup untuk beli bahan baku, produksi, dan bayar gaji bulanan karyawan saja. Harapan kami ke depan, ada program dari Kementerian Ekraf untuk membantu UMKM seperti kami supaya bisa berkembang ke penjualan digital dan mendorong produksi produk lain seperti tas,” ungkap Dedek sebagai pemilik Pesona Minang Batik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya