Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cerita Takaya Awata Membangun Marugame Udon, dari Drop Out Kuliah hingga Sukses Punya Ribuan Gerai Kuliner

        Cerita Takaya Awata Membangun Marugame Udon, dari Drop Out Kuliah hingga Sukses Punya Ribuan Gerai Kuliner Kredit Foto: Twitter/Forbes
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Restoran Jepang semakin populer di Indonesia, salah satunya Marugame Udon yang kini sudah menjadi favorit banyak pecinta mie. Namun, di balik kesuksesan brand kuliner global ini, ada sosok inspiratif bernama Takaya Awata, pendiri sekaligus pemimpin Toridoll Holdings Corporation, perusahaan yang menaungi Marugame Udon. Kisah hidup Awata menunjukkan bahwa kegagalan dan keterbatasan justru bisa menjadi pijakan menuju kesuksesan besar.

        Takaya Awata lahir di Jepang dan mengalami masa kecil yang penuh tantangan. Pada usia 13 tahun, ia harus kehilangan ayahnya, sementara ibunya berjuang seorang diri membesarkannya. Setelah sempat kuliah di Kobe City University of Foreign Studies, Awata terpaksa drop out karena kesulitan biaya. Demi membantu sang ibu, ia menempuh berbagai pekerjaan, mulai dari bekerja di kedai kopi hingga menjadi supir truk.

        Titik balik datang ketika ia berkunjung ke kampung halaman ayahnya di Prefektur Kagawa, daerah yang terkenal sebagai pusat kuliner udon di Jepang. Di sana, ia melihat restoran udon sederhana dengan antrean panjang dan konsep dapur terbuka di mana pelanggan bisa menyaksikan proses pembuatan mie. Pengalaman ini menanamkan ide besar dalam dirinya.

        Awata mulai merintis bisnis kuliner pada tahun 1985 dengan membuka gerai yakitori, meski usaha awal ini belum berhasil. Tidak menyerah, pada tahun 1990 ia membuka restoran kecil bernama Toridoll Sanban-kan di Kakogawa. Restoran ini menjadi fondasi lahirnya Toridoll Holdings.

        Pada tahun 2000, Awata meluncurkan Marugame Seimen (dikenal di luar Jepang sebagai Marugame Udon). Konsep utamanya adalah dapur terbuka atau kitchen theater yang menampilkan proses pembuatan mie langsung di depan pelanggan. Transparansi dan otentisitas inilah yang membedakan Marugame dari kompetitor, sekaligus menciptakan pengalaman emosional bagi pelanggan.

        Baca Juga: Perjalanan Sukses Eddy Kusnadi Sariaatmadja Membangun Emtek Group, dari Distributor Komputer hingga Konglomerasi Media dan Teknologi

        Filosofi ini terbukti berhasil. Dengan mie udon segar buatan tangan, kualitas konsisten, dan pengalaman unik, Marugame Udon cepat mendapatkan hati masyarakat Jepang.

        Ekspansi internasional dimulai pada tahun 2011 dengan membuka cabang pertama di Hawaii. Setelah itu, Marugame Udon terus berkembang ke berbagai negara Asia, termasuk Indonesia, serta merambah Eropa dengan membuka restoran di London pada 2021.

        Kunci kesuksesan global Marugame adalah kemampuan beradaptasi dengan budaya dan selera lokal tanpa kehilangan identitas Jepang. Di Tiongkok, mereka menambahkan kuah berbahan dasar tomat. Di Indonesia, mereka menghadirkan topping cabai, menu khusus seperti Tori Opor Udon, serta memastikan semua produknya bersertifikat halal MUI sejak 2015. Bahkan, beberapa gerai di Indonesia mengusung konsep freestanding lengkap dengan musholla dan area parkir luas.

        Perjalanan bisnis Awata tidak selalu mulus. Wabah flu burung pernah membuatnya membatalkan rencana IPO. Pandemi COVID-19 juga menekan industri kuliner global. Namun, Marugame Udon berhasil berinovasi dengan meluncurkan produk Marugame Bento untuk takeaway dan delivery, serta memanfaatkan teknologi finansial untuk efisiensi biaya operasional.

        Baca Juga: Perjalanan Sabana Prawirawidjaja Sukses Membesarkan Ultrajaya, Mengenalkan Buavita dan Teh Kotak

        Hingga Juni 2024, Marugame Seimen memiliki 786 gerai di Jepang dan 271 gerai internasional, sementara Marugame Udon sudah menembus lebih dari 1.100 cabang di seluruh dunia, termasuk ratusan gerai di Indonesia.

        Takaya Awata kini tercatat sebagai salah satu pengusaha kuliner terkaya di Jepang, dengan kepemilikan saham Toridoll senilai lebih dari USD 1,1 miliar. Namun, lebih dari sekadar angka, warisan terbesarnya adalah filosofi bahwa kuliner bisa menyatukan budaya, memberi pengalaman emosional, dan membuka peluang bagi banyak orang.

        Toridoll Holdings sendiri menargetkan 5.500 gerai global pada 2028, dengan strategi KANDO Trade-on yang menggabungkan kualitas buatan tangan, efisiensi sistem, pengalaman unik, dan akses global.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: