- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Mandiri Sekuritas Nilai Pelemahan Dolar Jadi Sentimen Positif untuk Indonesia
Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Mandiri Sekuritas menilai dinamika pasar global saat ini menunjukkan pergeseran pola signifikan, terutama terkait hubungan antara imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) dengan pergerakan dolar AS.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, menjelaskan bahwa jika sebelumnya kenaikan yield US Treasury biasanya diikuti penguatan dolar, kini justru sebaliknya, dolar cenderung melemah.
“Sekarang polanya berbeda. US Treasury yield naik lebih karena adanya tambahan risk premium akibat defisit fiskal dan beban utang AS yang tinggi, bukan karena ekonomi yang menguat,” ujar Handy, Kamis (28/8/2025).
Baca Juga: Mandiri Sekuritas Soroti Sektor dan Saham Potensial di Tengah Kenaikan IHSG
Menurut Handy, kondisi tersebut menyebabkan dolar kehilangan daya tarik sebagai aset aman (safe haven). Faktor lain yang memperlemah posisi dolar adalah penurunan peringkat utang Amerika Serikat. Hal itu mendorong investor global mengalihkan portofolio mereka ke instrumen lain, seperti emas dan obligasi di pasar negara berkembang.
“Amerika Serikat menghadapi tekanan defisit dan beban utang yang signifikan. Akibatnya, dolar tidak lagi menjadi pilihan utama investor untuk lindung nilai,” jelasnya.
Handy menilai fenomena ini justru memberikan sentimen positif bagi pasar negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia. Melemahnya dolar membuat tekanan terhadap mata uang negara berkembang berkurang, sehingga membuka ruang bagi bank sentral di kawasan untuk menurunkan suku bunga.
“Kalau suku bunga turun, tentu sangat positif bagi pasar obligasi. Yield berpotensi ikut turun, harga obligasi naik, dan investor menikmati capital gain,” katanya.
Baca Juga: Trump Diam-diam Borong Obligasi Lebih dari US$100 Juta Sejak Jabat Presiden AS
Mandiri Sekuritas memproyeksikan tren pelemahan dolar akan berlanjut secara struktural, seiring meningkatnya risiko defisit ganda (twin deficit) di Amerika Serikat. Situasi ini diperkirakan akan memperkuat minat investor asing terhadap pasar obligasi Indonesia.
Handy menyebut pasar obligasi Indonesia saat ini mencatat return hampir 10% secara tahunan. Angka tersebut dinilai kompetitif di tengah ketidakpastian global.
“Dengan prospek yield yang lebih stabil dan potensi penurunan suku bunga, pasar obligasi Indonesia memiliki daya tarik tinggi bagi investor,” ujarnya.
Mandiri Sekuritas optimistis tren tersebut dapat mendukung penguatan pasar keuangan domestik dalam jangka menengah hingga panjang, dengan tetap memperhatikan dinamika global, khususnya kebijakan fiskal dan moneter Amerika Serikat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: