Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Banyak Harta Karun di MIND ID, Ekonomi RI Siap Melesat

        Banyak Harta Karun di MIND ID, Ekonomi RI Siap Melesat Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indonesia sering disebut tanah surga. Julukan itu bukan tanpa alasan. Negeri ini bukan hanya dianugerahi hamparan hutan tropis dan laut biru yang indah, tetapi juga menyimpan “harta karun” tak ternilai di dalam perut buminya: mineral dan batubara (minerba) yang seolah tak ada habisnya.

        Secara geologis, posisi Indonesia yang berada di pertemuan lempeng Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia membentuk struktur tanah kaya mineral. Dari perut bumi hingga lapisan permukaan, tersimpan cadangan emas, perak, tembaga, nikel, timah, bauksit, dan batubara yang menjadi modal besar perekonomian nasional.

        Menurut laporan Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batubara Indonesia per Desember 2024, data resmi menunjukkan betapa besar harta tersebut:

        1. Emas: 17,2 miliar ton sumber daya bijih emas primer dengan cadangan 3,46 miliar ton. Dari angka itu, logam emasnya setara 12.364 ton (sumber daya) dan 3.444 ton (cadangan).

        2. Perak: 12,807 miliar ton sumber daya bijih dengan cadangan 3,214 miliar ton.

        3. Tembaga: 18,336 miliar ton sumber daya, dengan cadangan 2,86 miliar ton.

        4. Nikel: 6,74 miliar ton sumber daya, dengan cadangan 3,13 miliar ton.

        5. Timah: 8,27 miliar m³ sumber daya bijih, dengan cadangan 6,43 miliar m³. Dari situ, logam timah mencapai 2,53 juta ton (sumber daya) dan 1,44 juta ton (cadangan).

        6. Bauksit: 7,79 miliar ton bijih bauksit mentah, 3,93 miliar ton bauksit tercuci, dan 1,32 miliar ton alumina. Cadangannya 2,86 miliar ton bijih, 1,45 miliar ton bauksit tercuci, dan 552 juta ton alumina.

        7. Batubara: total sumber daya 97.960,76 juta ton. Rinciannya, batubara kalori rendah 67.333,07 juta ton, kalori sedang 15.526,30 juta ton, dan kalori tinggi 15.101,39 juta ton. Dari situ, cadangan mencapai 31.955,50 juta ton yang terdiri dari cadangan terkira 14.418,87 juta ton dan cadangan terbukti 17.536,63 juta ton.

        Angka-angka itu menunjukkan satu hal, Indonesia bukan hanya kaya, tetapi sangat kaya.

        Di sinilah peran MIND ID, Holding Industri Pertambangan Indonesia yang membawahi PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT INALUM, PT Timah Tbk dan PT Vale Indonesia Tbk. Holding ini didirikan untuk memastikan cadangan alam tidak lagi diekspor mentah, melainkan diolah hingga memiliki nilai tambah yang lebih besar bagi ekonomi nasional.

        Direktur Utama MIND ID, Maroef Sjamsoeddin menyatakan, sebagai Holding Industri Pertambangan dan Pengolahan Mineral, pihaknya terus berupaya menggenjot pertambangan minerba secara berkelanjutan sesuai kaidah Good Mining Practices (GMP), hingga mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi lewat agenda hilirisasi nasional.

        "Fondasi keberlanjutan operasi Group MIND ID berakar pada Good Mining Practices yang memastikan eksplorasi hingga produksi dijalankan secara bertanggung jawab sesuai regulasi nasional terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Kami juga merujuk pada standar kerangka global sebagai safeguard dalam pengelolaan sustainability hingga penerimanya sejalan dengan praktik terbaik standar internasional," katanya dalam MINDialogue di Jakarta, Kamis 29/8/2025.

        Mineral Ikutan: Harta yang Masih Tidur

        Di gudang PT Timah Tbk, misalnya, tersimpan mineral ikutan yang selama ini dianggap “anak tiri” dari penambangan timah. Zirkon, ilmenit, dan monazite menunggu saatnya dibangunkan. Padahal, zirkon penting untuk keramik dan elektronik, ilmenit menjadi kunci bagi industri titanium, dan monazite mengandung logam tanah jarang (Rare Earth Elements/REE) serta torium, yang diyakini sebagai bahan bakar energi nuklir masa depan.

        "Jadi, saat ini timah itu memang fokus kepada penambangan timah. Tapi sebenarnya mineral ikutannya belum di-optimize untuk di produksi," ujar Direktur Pengembangan Usaha PT Timah, Suhendra Yusuf Ratu Prawiranegara, di Pangkal Pinang, Senin (1/9/2025).

        Menyusul hal tersebut, Presiden Prabowo Subianto membentuk Badan Industri Mineral yang dipimpin oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Brian Yulianto. Badan ini berfungsi untuk meneliti dan mengembangkan konsep hilirisasi mineral khususnya yang tergolong mineral kritis dan logam tanah jarang.

        Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA), Hendra Sinadia melihat langkah Presiden Prabowo Subianto membentuk Badan Industri Mineral sebagai peluang untuk mengembangkan mineral, khususnya logam tanah jarang.

        "Ya kita lihat positifnya saja, untuk pengembangan rare earth mungkin, saya belum tahu jelas. Pastinya kalau arahnya ke pengembangan rare earth itu pastinya positif," kata Suhendra di Jakarta, Senin (25/08/2025).

        Sejumlah pakar pun mengingatkan agar kekayaan ini benar-benar diolah. Imam Santoso, pengamat dari ITB, menyampaikan pesan lugas.

        “Dengan cadangan tembaga, kita bisa jadi raja kabel. Dengan nikel, kita bisa jadi raja mobil listrik. Bahkan kita bisa menjadi raja manufaktur pesawat terbang yang membutuhkan banyak aluminium dalam produksinya. Kekayaan alam kita bukan main-main, dan kita harus optimalkan itu,” ujarnya dalam Sosialisasi MediaMIND di ITB Bandung, Rabu (20/8/2025).

        Pemerintah sendiri menegaskan hilirisasi bukan sekadar proyek jangka pendek, tetapi jalan panjang menuju Indonesia Emas 2045. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, yang kini juga Ketua Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi, menilai hilirisasi bisa menjadi katalis pertumbuhan ekonomi lebih dari 8%.

        Untuk mencapai itu, Pemerintah telah membuat Peta Jalan Industri Hilirisasi yang mencakup 28 komoditas Sumber Daya Alam dengan total investasi mencapai US$618 miliar. Dari total tersebut 91% berada di sektor ESDM.

        "Hilirisasi ini sebagai bahan penting dalam rangka mendorong penciptaan nilai tambah, pertumbuhan ekonomi, dan sekaligus untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas," kata Bahlil saat membuka Indonesia Mining Summit di Jakarta, Rabu (4/12).

        Hal senada juga disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

        “Dalam prioritas Bapak Presiden, Asta Cita, yang menjadi kunci adalah kemandirian dan ketahanan energi, serta hilirisasi. Dua hal ini menjadi andalan,” ujarnya dalam Indonesia Mining Forum di Jakarta, Kamis (31/7/2025).

        Baca Juga: Pertambangan Berkelanjutan: Vale dan MIND ID Perkuat Strategi Dekarbonisasi

        Hilirisasi Buahkan Hasil Manis

        Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

        Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung menyebut program hilirisasi nikel sukses meningkatkan nilai ekspor.

        “Untuk nikel tahun 2017 yang lalu, ekspor nikel itu sekitar US$3,3 miliar, sementara dengan adanya hilirisasi dan juga kita kembangkan ekosistem kendaraan listrik, ya ternyata ini peningkatan nilai tambah dan juga nilai ekspor bisa diindikasikan, pada tahun 2023 yang lalu nilai ekspornya sudah mencapai US$33,5 miliar," kata Yuliot.

        Sumber: MediaMIND

        Bauksit juga mulai naik kelas. Group Head Business and Development INALUM, Al Zufri mengatakan Bauksit yang awalnya hanya bernilai US$ 40, setelah diolah bisa menjadi aluminium bernilai hingga US$2.800.

        “Ini bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang kontribusi nyata pada Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan lapangan kerja, serta terbentuknya ekosistem industri berkelanjutan,” ujarnya di MediaMIND 2025 di Universitas Sumatera Utara, Medan, Selasa (27/8/2025)

        Guna mewujudkan industri terintegrasi di sektor bauksit-alumina. Grup MIND ID, mengoperasikan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah. Fasilitas ini dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang merupakan perusahaan joint venture antara INALUM dan Antam dengan produksi alumina sebesar 2 juta ton pada fase 1 dan 2 nya.

        Selanjutnya, INALUM telah menargetkan mampu memproduksi Alumina menjadi aluminium sebesar 900 KTPA pada 2029. Hal ini penting untuk menutup kebutuhan aluminium nasional yang mencapai 1,2 juta ton.

        Batubara pun tidak lagi sebatas sumber listrik kotor. Kini diarahkan untuk menghasilkan artificial graphite dan anode sheet dengan target pilot project 200 ton/bulan dan 41,5 ton/bulan. Dua bahan ini penting untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.

        Hilirisasi Jadi Pintu Masa Depan

        Bagi MIND ID, hilirisasi bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang kedaulatan. Wakil Direktur Utama MIND ID Dany Amrul Ichdan menekankan bahwa di tengah arus transformasi global, sumber daya menjadi kekuatan strategis.

        "Di tengah arus besar transformasi global, sumber daya bukan lagi sekadar bahan baku melainkan kekuatan strategis. Melalui MIND ID, Indonesia tidak hanya mengolah potensi, tetapi mengukir posisi. Hilirisasi menjadi fondasi kedaulatan industri, membuka lintasan strategis, memperkuat presensi global, dan meningkatkan daya saing bangsa," katanya dalam International Battery Summit (IBS) 2025, Selasa (5/8/2025).

        Jika semua visi ini berjalan, pada 2045 Indonesia tidak lagi sekadar dikenal sebagai negeri dengan cadangan minerba melimpah. Republik ini akan berdiri sejajar dengan negara industri maju bahkan sebagai raja industri masa depan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: