Kredit Foto: Kementerian ESDM
Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat kinerja ekspor minyak dan gas (Migas) Indonesia anjlok pada periode Januari sampai dengan Juli 2025. Catatan tersebut berbanding terbalik dengan capaian beberapa komoditas lainya yang membuat ekspor Indonesia meningkat 8,03 persen pada periode yang sama tahun lalu atau year on year (YoY) sebesar US$ 150,16 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa sekaligus Plt Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa nilai ekspor migas dalam tujuh bulan pertama tahun ini hanya mencapai US$7,97 miliar.
“Sepanjang Januari hingga Juli 2025, nilai ekspor migas tercatat senilai US$7,97 miliar atau turun 14,56%,” kata Pudji dalam paparan resmi BPS, Senin (2/9/2025).
Baca Juga: Sektor Mamin Motor Utama Pertumbuhan Industri Nonmigas
Sebaliknya, ekspor non-migas justru tumbuh kuat. BPS mencatat nilainya mencapai US$152,20 miliar atau naik 9,55% secara tahunan. Dorongan utama berasal dari sektor industri pengolahan dengan andil 12,81%, meliputi komoditas minyak kelapa sawit, logam dasar bukan besi, barang perhiasan, kimia dasar organik berbasis hasil pertanian, serta semikonduktor dan komponen elektronik.
Dari sisi negara tujuan, Tiongkok masih menjadi pasar terbesar dengan nilai ekspor non-migas US$34,46 miliar, naik 8,09% dibanding periode yang sama tahun 2024. Peningkatan juga tercatat ke Amerika Serikat, ASEAN, dan Uni Eropa, sementara ke India mengalami penurunan.
Secara bulanan, ekspor Juli 2025 mencapai US$24,75 miliar, naik 9,86% dibanding Juli 2024. Ekspor migas pada bulan tersebut turun tajam 34,13% menjadi US$0,94 miliar, sedangkan ekspor non-migas tumbuh 12,83% menjadi US$23,81 miliar. Lonjakan signifikan berasal dari lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) yang naik 82,72%, mesin dan peralatan mekanis (HS84) naik 69,02%, serta logam mulia dan perhiasan (HS71) naik 47,41%.
Adapun tiga komoditas unggulan non-migas, yakni besi dan baja, batu bara, serta CPO dan turunannya, masih menyumbang 28,86% dari total ekspor non-migas sepanjang Januari–Juli 2025. Nilai ekspor besi dan baja naik 10,29%, CPO naik 32,92%, sementara batu bara turun 21,74%.
Baca Juga: Bahlil Lantik Laode Sulaeman Sebagai Dirjen Migas, Berikut Profilnya
Dari sisi impor, BPS mencatat nilai kumulatif Januari–Juli 2025 sebesar US$136,51 miliar, naik 3,41% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Impor migas turun 14,79% menjadi US$18,38 miliar, sedangkan impor non-migas naik 6,97% menjadi US$118,13 miliar.
Dengan kinerja tersebut, neraca perdagangan Indonesia Januari–Juli 2025 mencatat surplus US\$23,65 miliar, lebih tinggi dibanding surplus US\$16,25 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Surplus terutama ditopang komoditas non-migas senilai US\$34,06 miliar, sementara migas masih defisit US$10,41 miliar.
“Dengan capaian ini, maka neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus selama 63 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Pudji.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait: