Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Arifin, menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih memiliki peluang bertahan dari tekanan September Effect tahun ini. Faktor penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) disebut menjadi katalis utama yang mendukung pasar, meski risiko politik dalam negeri berpotensi menekan pergerakan indeks.
Arifin mengatakan tahun ini terdapat perbedaan dibanding periode-periode sebelumnya.
“September kali ini agak berbeda karena ada katalis positif berupa penurunan suku bunga The Fed. Namun, sentimen negatif datang dari potensi demo nasional dan isu reshuffle kabinet,” ujarnya dalam webinar yang digelar oleh Reliance Sekuritas secara daring, dikutip Sabtu (6/9/2025).
Baca Juga: Sempat Tertekan Kerusuhan, IHSG Tetap Melesat Pekan Ini Meski Investor Asing Kabur
Arifin menambahkan, data menunjukkan investor asing masih lebih banyak masuk ke obligasi pemerintah dibanding saham. Namun, hal ini berpotensi bergeser ke pasar ekuitas jika sentimen positif global semakin menguat.
“Emiten di Indonesia terbukti resilien. Walau terjadi perlambatan ekonomi maupun dinamika politik, emiten tetap konsisten membagikan dividen. Itu yang membuat Indonesia tetap menarik bagi investor asing,” katanya.
Direktur Reliance Sekuritas, Reza Priyambada, menegaskan pelaku pasar juga mencermati faktor domestik yang dapat memengaruhi keyakinan investor. Demo di sejumlah kota besar dan spekulasi reshuffle kabinet disebut menjadi perhatian serius.
“Kekhawatiran investor bukan hanya soal keamanan, tapi juga bagaimana stabilitas politik dijaga pemerintah. Selama dapat dikelola dengan baik, risiko ini bisa diredam,” jelas Reza.
Dari sisi global, pasar menaruh perhatian pada independensi kebijakan The Fed yang belakangan dipertanyakan setelah muncul spekulasi politik di Amerika Serikat. Meski demikian, Reliance menilai prospek mikro emiten Indonesia lebih penting sebagai penopang IHSG.
“Dari sisi mikro, masih banyak emiten yang menunjukkan kinerja kuat, termasuk revisi pertumbuhan positif dari sejumlah emiten besar,” kata Reza.
Secara historis, September identik dengan tekanan di pasar saham. Namun, Reliance melihat peluang bagi IHSG tetap terbuka selama investor mampu menilai fundamental emiten.
Baca Juga: IHSG Catat Rekor Tertinggi, Bursa Karbon Terus Tumbuh di Agustus 2025
“Bahkan jika koreksi terjadi, itu bisa menjadi peluang beli. Oktober biasanya lebih positif secara siklus,” tutur Arifin.
Dengan kombinasi katalis global dan risiko domestik, Reliance menekankan bahwa strategi selektif tetap krusial.
“Investor jangan hanya melihat makro dan indeks. Yang penting adalah analisis fundamental dan timing pembelian saham,” pungkas Reza.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: