Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bursa Asia Menguat, Pasar Soroti Ancaman Government Shutdown di AS

        Bursa Asia Menguat, Pasar Soroti Ancaman Government Shutdown di AS Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mayoritas Bursa Asia mencatatkan kenaikan signifikan pada perdagangan di Selasa (30/9). Investor mencermati dinamika politik, khususnya yang terjadi dari Amerika Serikat (AS).

        Dilansir Rabu (1/10), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Bursa Korea Selatan alami koreksi dalam perdagangan kali ini:

        • Hang Seng (Hong Kong): Naik 0,87% ke 26.855,56
        • CSI 300 (China): Naik 0,45% ke 4.640,69
        • Shanghai Composite (China): Naik 0,52% ke 3.882,78
        • Nikkei 225 (Jepang): Turun 0,25% ke 44.932,63
        • Topix (Jepang): Naik 0,19% ke 3.137,60
        • Kospi (Korea Selatan): Turun 0,19% ke 3.424,60
        • Kosdaq (Korea Selatan): Turun 0,56% ke 841,99

        Secara keseluruhan, investor tengah menyoroti kemungkinan shutdown (penutupan) dari Pemerintah AS. Penutupan (shutdown) pemerintah merupakan situasi pada saat kongres gagal menyepakati anggaran belanja yang diperlukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

        Trump sendiri sejauh ini gagal mencapai kesepakatan  mengenai pendanaan jangka pendek dengan kongres. Jika hal tersebut tidak berubah, maka shutdown akan dimulai pada hari ini dimana hal tersebut berpotensi menunda rilis data ekonomi utama, termasuk laporan penggajian non-pertanian untuk September 2025.

        Adapun Pasar juga masih memantau arah kebijakan moneter dari Federal Reserve (The Fed). Presiden Federal Reserve Cleveland Beth Hammack baru-baru ini menekankan pentingnya menjaga kebijakan moneter yang ketat guna mengendalikan laju inflasi.

        Sementara, Presiden Federal Reserve St. Louis Alberto Musale menyatakan kesiapan untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga lebih lanjut, namun tetap menginginkan tingkat suku bunga berada di level yang cukup tinggi agar inflasi yang masih sekitar satu persen di atas target dapat ditekan secara efektif.

        Dari China, National Bureau of Statistics (NBS) menyampaikan data terbaru dari Purchase Manager Index Manufaktur. Data tersebut naik menjadi 49,8 di September 2025.

        Baca Juga: Saham Freeport Bertambah, RI Siap Terima 12% Lagi dari AS

        Data itu menunjukkan aktivitas manufaktur menunjukkan sedikit perbaikan pada bulan lalu, dengan data terkait sedikit lebih tinggi tetapi tetap berkontraksi dan data resmi menunjukkan kontraksi yang lebih kecil dari perkiraan pada bulan dari September.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: