- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Hadapi Volatilitas di Kuartal IV, IHSG Diprediksi Tutup Tahun di Level 8.000
Kredit Foto: Uswah Hasanah
Kiwoom Sekuritas Indonesia memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpotensi menutup 2025 di kisaran 7.850–8.000, meskipun tekanan volatilitas global diperkirakan meningkat pada kuartal IV.
Menurut Liza Camelia Suryanata, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, gejolak terbesar datang dari shutdown pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang resmi berlaku sejak 1 Oktober 2025.
Kondisi ini, dikombinasikan dengan arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed), berpotensi mendorong aliran modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Kalau pada periode shutdown 2018–2019 dampaknya masih tertunda ke IHSG, kali ini tekanannya bisa lebih cepat terasa karena posisi IHSG relatif tinggi, arus keluar asing deras, dan ketahanan rupiah rapuh,” jelas Liza, dalam risetnya, Kamis (2/10/2025).
Baca Juga: IHSG Siang Ini Terapresiasi 0,36% ke Level 8.072, MBMA, AMRT dan ADMR Top Gainers LQ45
Pihaknya memperkirakan pergerakan IHSG dalam jangka pendek (Oktober–November) cenderung sideways hingga terkoreksi ke level 7.800–7.900. Namun, pada Desember peluang penguatan terbuka lebar didukung faktor musiman seperti window dressing dan rebalancing MSCI.
Sepanjang September 2025, IHSG mencatat kenaikan bulanan 4,2% dan tumbuh 16,9% pada kuartal III. Kendati demikian, investor asing masih mencatatkan net sell Rp9,45 triliun bulan lalu, sehingga menjadi risiko utama bagi stabilitas pasar.
Dari dalam negeri, sejumlah faktor diyakini menopang IHSG, antara lain kebijakan moneter Bank Indonesia yang sudah memangkas BI-7DRR menjadi 4,75%, laporan kinerja emiten perbankan besar (HIMBARA), tren positif harga komoditas ekspor, serta potensi arus masuk dana terkait rebalancing MSCI pada November.
Baca Juga: IHSG Awal Oktober Ditutup Melemah 0,21% ke Level 8.043, Saham PNSE Pimpin Top Losers
Pihaknya oun merekomendasikan fokus pada sektor energi dan komoditas seperti batubara, emas, nikel, dan CPO, sektor defensif (consumer staples, telekomunikasi, healthcare), serta perbankan besar.
"Sektor properti berkapitalisasi besar memiliki valuasi diskon, sementara transportasi dan logistik berpotensi menjadi seasonal play seiring puncak musim logistik," ungkapnya.
Di sisi saham pilihan (stock pick), Liza menyoroti JPFA, ICBP, dan SSMS di sektor consumer non-cyclicals yang berpotensi terdorong program pemerintah Makan Bergizi Gratis senilai Rp335 triliun.
Selain itu, AKRA, PGEO, BMRI, BBRI, hingga emiten berbasis teknologi CYBR dinilai memiliki prospek positif sepanjang kuartal IV.
“Q4 historisnya cenderung positif, terutama dengan rally Desember. Namun investor tetap perlu mewaspadai risiko global dan menjaga strategi selektif pada sektor-sektor unggulan,” kata Liza.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: