- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Ini Peta Jalan Pembangunan Kilang Pertamina untuk Genjot Produksi BBM dan LPG
Kredit Foto: Istimewa
Program pembangunan kilang baru dan revitalisasi kilang yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia terus diupayakan oleh PT Pertamina (Persero). Inisiatif ini, yang telah berjalan sejak 2014, dikenal dengan nama Refinery Development Master Plan Program (RDMP) dan meliputi dua kegiatan utama: pembangunan kilang baru (Grass Root Refinery/GRR) dan peremajaan kilang eksisting.
Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), memaparkan bahwa operasi keenam kilang Pertamina saat ini berada di bawah PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Lokasinya meliputi Dumai (Riau), Plaju (Sumatra Selatan), Balongan (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), Balikpapan (Kalimantan Timur), dan Kasim (Papua Barat Daya).
"Keenam kilang yang beroperasi saat ini mampu mengolah minyak mentah hingga 1 juta barel per hari, dan menghasilkan berbagai jenis produk, BBM, LPG, Avtur, dan Petrokimia," ujar Fadjar.
Untuk meningkatkan kapasitas pengolahan kilang, lanjut Fadjar, proyek RDMP telah dijalankan untuk merevitalisasi kilang di Kilang Balongan dan Kilang Balikpapan. Upaya untuk pengembangan Kilang Cilacap dan Dumai menjadi kilang hijau dilakukan untuk memproduksi bahan bakar ramah lingkungan seperti Pertamina Renewable Diesel (RD), Pertamax Green dan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF). Melalui Kilang Plaju dan Kilang Kasim, Pertamina juga mendukung program pemerintah terkait produksi Biosolar B40.
Fadjar menjelaskan, tahun 2019, Pertamina telah menyelesaikan proyek Pertamina Langit Biru Cilacap. Proyek ini bertujuan meningkatkan kualitas BBM menjadi lebih ramah lingkungan. Lalu pada tahun 2022, Pertamina juga telah menyelesaikan RDMP Balongan. Dengan RDMP Balongan, Pertamina meningkatkan kapasitas pengolahan minyak Kilang Balongan dari 125 ribu barrel menjadi 150 ribu barrel per hari.
Baca Juga: Pertamina Terapkan Standarisasi Global untuk Perkuat Tata Kelola Bisnis dan Keberlanjutan
"Dengan kemampuan kilang eksisting, saat ini Pertamina tidak lagi mengimpor Solar dan Avtur," ujarnya.
Sementara tahun 2025, RDMP Balikpapan ditargetkan akan memulai uji coba operasi di salah satu unit baru yaitu Residual Fuel Catalytic Cracking (RFCC). Dengan proyek tersebut, Pertamina menargetkan total kapasitas pengolahan kilang naik menjadi 1,16 juta barel per hari.
"Penyelesaian proyek secara bertahap, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan energi masyarakat, dan mengurangi impor," jelas Fadjar.
Melalui RDMP, kilang Pertamina juga dapat meningkat kompleksitasnya atau Nelson Complexity Index dari 4,1 menjadi 8, sehingga produk-produk yang dihasilkan lebih variatif dan lebih ramah lingkungan. Kilang-kilang RDMP dipersiapkan untuk menghasilkan BBM setara Euro 5 dengan kandungan rendah sulfur yang dapat mengurangi emisi karbon.
RDMP terus berlanjut. Pertamina menargetkan adanya kilang baru, melalui GRR Tuban di Jawa Timur yang akan menambah kapasitas pengolahan sebanyak 300 ribu barrel per hari.
Pengembangan Petrokimia
Selain meningkatkan pengolahan BBM melalui Proyek RDMP, Pertamina juga tengah memperkuat bisnis Petrokimia untuk meningkatkan nilai Perusahaan sekaligus memberikan kontribusi nyata sebagai BUMN bagi Negara.
Pengembangan bisnis Petrokimia dilakukan melalui sejumlah anak usaha dan afiliasi, di antaranya Grup Tuban Petrochemical Industries. PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) sebagai salah satu anak usahanya telah berhasil menyelesaikan proyek peningkatan kapasitas produksi aromatik dari 600 ribu ton menjadi 780 ribu ton per tahun.
Saat ini, TPPI juga terus dikembangkan melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) yang tengah mengkaji pembangunan kompleks Pabrik Olefin. Proyek ini diharapkan dapat menambah pasokan bahan baku plastik dalam negeri sampai dengan 1.600 ribu ton per tahun. Jika indikator keekonomian menunjukkan prospek positif, pengembangan ini tentu akan memperkuat pertumbuhan industri hilir Petrokimia nasional.
Pengembangan lain juga dilakukan melalui PT Polytama Propindo di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, dengan rencana peningkatan kapasitas produksi petrokimia sebesar 300 ribu ton per tahun yang ditargetkan beroperasi pada 2028.
Baca Juga: Produk UMKM Difabel Asal Sukabumi Binaan Pertamina Tembus Brunei Darussalam
Selain itu, Pertamina berkomitmen untuk terus mengidentifikasi dan mengembangkan potensi produk petrokimia baru yang prospektif di Indonesia. Melalui dukungan anak perusahaan dan afiliasi, Pertamina meyakini langkah ini akan mampu mendorong pertumbuhan industri petrokimia nasional sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk impor,” ujar Fadjar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat