Kredit Foto: Kementerian ESDM
Harga minyak dunia melemah pada perdagangan di Rabu (15/10). Hal ini terjadi seiring meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Peringatan International Energy Agency (IEA) mengenai potensi surplus pasokan minyak global juga menjadi sorotan.
Dilansir dari Reuters, Kamis (16/10), Brent Crude turun 0,8% menjadi US$61,91. Sementara West Texas Intermediate (WTI) merosot 0,7% menjadi US$58,27.
Baca Juga: Trump: India Janji Tidak Akan Beli Minyak Rusia
Menurut Bank of America, harga minyak berpotensi turun drastis jika ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia kembali meningkat di tengah kenaikan produksi OPEC. harga minyak menurutnya bisa sampai di bawah US$50.
Dalam sepekan terakhir, AS dan China kembali terlibat dalam perang dagang dengan saling memberlakukan biaya tambahan di pelabuhan terhadap kapal pengangkut barang di antara keduanya. Langkah saling balas tersebut berpotensi mengganggu arus perdagangan global.
China memperketat kontrol ekspor logam tanah jarang (rare earths). Sementara Amerika Serikat mengancam akan menaikkan tarif barang asal China. Mereka juga akan memperketat pembatasan ekspor perangkat lunak mulai 1 November.
Namun Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent menegaskan bahwa pihaknya tidak berniat memperburuk konflik dagang. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump katanya juga siap bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan.
Adapun Gubernur The Fed Stephen Miran menilai ketegangan dagang yang berkelanjutan menimbulkan risiko besar bagi prospek ekonomi, sehingga pemangkasan suku bunga acuan diperlukan untuk menjaga momentum pertumbuhan dan mendukung permintaan energi.
Data Chicago Fed menunjukkan penjualan ritel (tidak termasuk kendaraan dan suku cadang) meningkat pada bulan lalu, meski sebagian kenaikan didorong oleh kenaikan harga barang.
Baca Juga: ESDM Umumkan Lelang 9 Wilayah Kerja Migas, Ini yang Terbesar
IEA juga menjadi perhatian usai memperkirakan pasar minyak global dapat menghadapi surplus hingga emapt juta barel per hari pada tahun depan, lebih besar dari proyeksi sebelumnya, seiring kenaikan produksi OPEC.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar