Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Transition finance kian diakui sebagai strategi penting untuk menjembatani kebutuhan pembangunan dan komitmen transisi energi di negara berkembang.
Dengan adanya model pembiayaan ini membantu sektor-sektor berbasis fosil bertransformasi menuju operasi rendah karbon secara bertahap tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi.
Chief Sustainability Officer DBS Bank, Helge Muenkel, menjelaskan bahwa transition finance mendukung perusahaan dan ekonomi yang sedang beralih ke praktik berkelanjutan, meski belum sepenuhnya hijau.
“Transition finance membantu perusahaan dan perekonomian bertransisi secara bertahap menuju emisi lebih rendah dan operasi yang lebih berkelanjutan, meskipun belum sepenuhnya ‘hijau’,” ujarnya, Jumat (24/10/2025).
Baca Juga: Menghadapi Turbulensi Era AI, Solusi Ini Atasi Tantangan Industri Perbankan
Adapun pendekatan ini dianggap relevan bagi negara seperti Indonesia yang masih bergantung pada energi fosil namun menghadapi tekanan global untuk menurunkan emisi.
Pasalnya, transition finance memungkinkan pembaruan teknologi, efisiensi energi, dan pengurangan emisi operasional di sektor yang sulit didekarbonisasi (hard-to-abate sectors).
Helge menilai, pembiayaan transisi merupakan bentuk “pembiayaan realistis” karena memahami bahwa perubahan menuju keberlanjutan tidak dapat terjadi dalam semalam.
“Meskipun belum sepenuhnya hijau, para pelaku transition credit ini telah mengambil langkah konkret dan terukur menuju keberlanjutan,” kata Helge.
Baca Juga: Likuiditas Perbankan Aman, Meski Giro di BI Turun Rp80 T
Selain itu, DBS Bank juga turut memperkuat perannya dengan mendirikan Climate Impact X (CIX) bersama Temasek, Singapore Exchange, dan Standard Chartered untuk membangun pasar karbon global yang tepercaya.
Melalui inisiatif ini, diharapkan modal dapat mengalir lebih efisien ke proyek-proyek yang memberikan dampak lingkungan nyata, termasuk proyek transisi energi di kawasan Asia.
Dengan meningkatnya kebutuhan investasi hijau, transition finance kini muncul sebagai fondasi baru pembangunan ekonomi rendah karbon di negara berkembang seperti Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: