Kredit Foto: Unsplash/Kanchanara
NYDIG menunjukkan bahwa narasi bitcoin adalah emas digital tidaklah benar. Ia menunjukkan bahwa promosi bitcoin sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi tidak sepenuhnya akurat.
NYDIG Global Head of Research, Greg Cipolaro menemukan bahwa inflasi bukan faktor utama yang mendorong harga bitcoin. Berdasarkan data korelasi bulanan, hubungan antara inflasi dan harga Bitcoin bersifat lemah dan tidak konsisten.
Baca Juga: Rival YouTube Ini Bakal Hadirkan Fitur Tipping Pakai Bitcoin
“Kami tahu komunitas sering menyebut bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetapi sayangnya, data tidak mendukung klaim itu secara kuat,” kata Cipolaro, dilansir Senin (27/10).
“Korelasi dengan indikator inflasi tidak konsisten dan nilainya juga tidak tinggi," tambahnya.
Bahkan emas, yang secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, menunjukkan korelasi negatif dengan inflasi dan fluktuatif dari waktu ke waktu. Hal ini menantang pandangan umum bahwa kenaikan inflasi otomatis mendorong harga emas naik.
Menurut Cipolaro, faktor yang lebih berpengaruh terhadap pergerakan harga emas dan bitcoin adalah suku bunga riil dan jumlah uang beredar. Untuk emas, penurunan suku bunga riil biasanya menjadi sinyal kenaikan harga.
Sementara itu, bitcoin kini menunjukkan pola serupa, seiring dengan meningkatnya integrasinya ke dalam sistem keuangan global.
NYDIG menyimpulkan bahwa bitcoin sebaiknya tidak lagi dipandang sebagai aset lindung inflasi, melainkan sebagai indikator likuiditas global yang bergerak mengikuti dinamika suku bunga dan arus modal.
Baca Juga: Pasar Soroti SpaceX, Harga Bitcoin Naik Hampir Sentuh US$114.000
“Secara sederhana, emas berfungsi sebagai lindung nilai terhadap suku bunga riil, sedangkan Bitcoin telah berevolusi menjadi barometer likuiditas global,” ujar Cipolaro.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: