Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dampak MBG Baru Akan Terasa Setelah Setahun, Ini Penjelasan Ahli Gizi

        Dampak MBG Baru Akan Terasa Setelah Setahun, Ini Penjelasan Ahli Gizi Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mulai dijalankan pemerintah pada 6 Januari 2025, diperkirakan baru akan menunjukkan hasil signifikan setelah satu tahun berjalan. Program nasional yang menargetkan perbaikan gizi bagi siswa PAUD hingga SMA/SMK, serta ibu hamil dan menyusui itu kini telah menjangkau 35,4 juta penerima manfaat hingga 15 Oktober 2025.

        Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB, Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS, menjelaskan bahwa dampak program ini membutuhkan waktu untuk terlihat nyata. “Dampak gizinya bisa dirasakan tiga bulan sampai satu tahun kemudian, tergantung usia penerima manfaat. Kalau anak-anak, lebih cepat efektivitasnya,” ujarnya.

        Hardinsyah menegaskan, MBG merupakan investasi jangka panjang untuk memutus mata rantai stunting yang bersifat lintas generasi. “Anak-anak remaja kita saat ini, 15 tahun lagi akan dewasa dan menjadi orang tua. Maka sejak remaja kita cegah stunting agar keturunannya sehat, melalui intervensi pemenuhan gizi,” katanya.

        Baca Juga: Program MBG Berpeluang Jadi Penggerak UMKM dan Ekonomi Daerah, IAW: Jika Beberapa Aspek Ini Terpenuhi

        Selain menekan angka stunting, program ini diyakini memberi dampak ganda terhadap perkembangan fisik, kemampuan kognitif, dan daya belajar anak. Pemerintah melakukan pemantauan tinggi dan berat badan siswa secara berkala di sekolah. Untuk balita, pengukuran dilakukan setiap bulan di posyandu karena fase pertumbuhannya lebih cepat.

        Namun, agar seluruh tujuan MBG tercapai, Hardinsyah menekankan pentingnya pengawasan aspek keamanan pangan. “Kalau berbicara asupan gizi, itu hal yang tidak tampak. Begitu makanan aman, kemudian makanan disukai, otomatis gizi itu ikut terserap tubuh. Jadi makanan itu harus aman dahulu, karena itu pengawasan menjadi sangat penting,” tegasnya.

        Dalam pelaksanaannya, MBG dijalankan melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang melibatkan tenaga kesehatan masyarakat dan ahli gizi. Keduanya berperan memastikan makanan yang disajikan aman, bergizi, dan disukai penerima manfaat.

        Baca Juga: Luhut Tak Mau Program MBG Berhenti, Bakal Jalan Terus dan Dibenahi

        Dampak MBG tidak hanya menyentuh kesehatan, tetapi juga dunia pendidikan. Dengan adanya makan siang gratis, tingkat kehadiran siswa di sekolah meningkat karena anak-anak lebih termotivasi untuk hadir. Peningkatan status gizi juga berdampak pada daya tahan tubuh dan konsentrasi belajar, yang berpotensi memperbaiki capaian akademik.

        Pemerintah mendorong keterlibatan aktif masyarakat untuk mendukung keberhasilan program ini. Guru dapat berperan dengan membiasakan cuci tangan sebelum makan dan mengajak siswa makan bersama. Sementara itu, orang tua diharapkan ikut mengawasi proses pengolahan makanan di dapur SPPG agar keamanan pangan tetap terjaga.

        Dengan sinergi berbagai pihak, MBG diharapkan menjadi langkah strategis dalam membangun generasi Indonesia yang lebih sehat, cerdas, dan berdaya saing global.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: