Melawan Hoaks dan Deepfake, Influencer Gen Z Bagikan Strategi di Media Sosial
Kredit Foto: Unsplash/Michael Effendy
Penyebaran hoaks merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam era digital. Walaupun Generasi Z (Gen Z) dinilai memiliki pemahaman teknologi yang memadai, kelompok usia ini tetap rentan terhadap informasi palsu. Menanggapi hal ini, Influencer Karina Meidy menjelaskan strategi yang dapat diterapkan untuk melawan hoaks dan deepfake di media sosial.
Karina meyakini bahwa tingkat pemahaman Gen Z terhadap dunia digital menempatkan mereka sebagai pihak yang paling sigap merespons isu-isu negatif. Ia menegaskan, "Dengan meleknya pada dunia digital, sebagai Gen Z saya merasa bahwa generasi kami lah yang paling peka dan sensitif terhadap berita, isu, atau informasi hoaks yang tersebar di masyarakat," ujar Karina.
Selanjutnya, ia memberikan usulan nyata agar Gen Z menggunakan kreativitas mereka untuk menciptakan perlawanan. Ia melanjutkan, "Untuk itu, menurut saya Gen Z bisa melakukan hal kreatif positif yang dapat menangkal berita negatif melalui media sosial dan konten, seperti lagu dan gerakan-gerakan yang dapat membantu mendorong minimnya penyebaran berita hoaks," lanjutnya.
Baca Juga: Hoaks Mengintai Gen Z, Pelajari Cara Penyerangan dan Taktik Menghadapinya
Karina juga membagikan langkah praktis untuk mengetahui apakah sebuah berita, artikel, atau video di media sosial hoaks atau bukan:
- Menyaring, menelaah, dan memverifikasi informasi dari berbagai sumber, termasuk institusi resmi pemerintah dan media berita yang kredibel.
- Melaporkan berita, akun, atau sumber mencurigakan yang menyebarkan hoaks berulang kali melalui saluran pelaporan resmi secara online.
- Membantu menyebarkan informasi yang benar melalui platform media sosial pribadi, terutama bagi influencer, untuk menginterpretasikan fakta kepada publik.
Karina berharap ada lebih banyak program literasi digital yang disasar pada Gen Z. “Sebagai generasi yang paling ‘melek’ dunia digital, kita lah yang paling banyak dan paling sering terpapar berita hoaks; untuk itu literasi digital diperlukan untuk menambah pengetahuan, etika berkomunikasi, dan juga membentuk kepribadian yang berintelektual sebagai generasi muda,” bebernya.
Baca Juga: Gen Z Kuasai Dunia Maya, Peningkatan Literasi Digital Jadi Kebutuhan Mendesak
Selain itu, sebagai influencer Karina sebisa mungkin selalu memberikan edukasi, berbagi pengalaman, dan membangun komunitas yang berkaitan dengan penangkalan hoaks di platform sosial medianya.
‘’Menurut saya, ada beberapa peran yang dilakukan Influencer dalam melawan hoaks di sosial media, yaitu menjadi suara untuk mengklarifikasi berita hoaks tertentu dan memberikan penjelasan detail sesuai fakta dan sumber terpercaya,’’ ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa influencer juga penting untuk rutin memberikan konten berupa pengingat agar publik tidak mudah percaya pada informasi yang belum jelas kebenarannya. ‘’Dan tidak mudah percaya terhadap berita yang beredar, yang belum jelas kebenarannya,’’ tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: