Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan sebesar 5,12% secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada triwulan II-2025.
Pertumbuhan solid tersebut ditopang oleh inflasi yang terkendali serta efektivitas sinergi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil. Inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5% ±1%, dimana pada September 2025, inflasi tercatat sebesar 2,65% (yoy), mencerminkan kestabilan harga yang terjaga.
Baca Juga: Indonesia-Korea Perkuat Kemandirian Industri Petrokimia Nasional
Berbagai indikator ekonomi terbaru turut memperkuat optimisme terhadap prospek ekonomi nasional. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di level 115, menandakan masyarakat masih berada dalam zona optimis.
Aktivitas ekonomi domestik juga meningkat, tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tumbuh 5,8% (yoy), serta investasi langsung yang mencapai Rp1.434 triliun sepanjang Januari–September 2025, naik 13,7% (yoy) dan menyerap 1,96 juta tenaga kerja.
Di sisi eksternal, neraca perdagangan tetap surplus sebesar USD29,14 miliar, sementara ketahanan perbankan dan cadangan devisa yang tinggi menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.
Hal tersebut menjadi salah satu faktor pemicu tingkap kepuasan masyarakat dalam satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang cukup tinggi.
Ini disampaikan Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah Haryo Limanseto selaku Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang hadir mewakili Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Program Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) Angkatan XXVI TA. 2025 Lemhannas RI di Jakarta, Kamis (30/10/2025).
"Beberapa survei menyatakan masyarakat Indonesia puas dengan kinerja Pemerintah saat ini. Ini menjadi modal utama bagi terjaganya stabilitas dalam negeri," ucapnya, dikutip dari siaran pers Kemenko Perekonomian, Jumat (31/10).
Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan program-program pilihan yang berdampak nyata bagi masyarakat. Hingga Oktober 2025, program Makan Bergizi Gratis telah menyalurkan 1,1 miliar porsi bagi 36,7 juta penerima manfaat dan membuka lebih dari 394 ribu lapangan kerja baru. Program lainnya mencakup 81.613 unit Koperasi Desa, 100 Kampung Nelayan Merah Putih, 9.705 beasiswa Sekolah Rakyat, 10 Sekolah Garuda, serta 16.140 renovasi gedung sekolah. Selain itu, 43 juta warga telah menikmati Cek Kesehatan Gratis, 221.047 unit rumah subsidi (FLPP) telah terbangun, dan 3,46 juta debitur UMKM menerima manfaat dari Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Selain stabilitas ekonomi makro dapat terjaga dengan baik, Pemerintah juga terus memperkuat posisi ekonomi di tataran global dengan bergabung ke BRICS dan menurunkan tarif resiprokal dengan AS. Kesepakatan I-EU CEPA dan Indonesia-Canada CEPA juga akan membuka akses pasar yang lebih luas. Di sisi domestik, Pemerintah meluncurkan Program Paket Ekonomi 8+4+5 yang diproyeksikan mampu menciptakan sekitar 4 juta lapangan kerja baru.
Kemudian, Program Magang Lulusan Perguruan Tinggi untuk 100.000 lulusan juga digulirkan dengan pemberian upah sesuai standar minimum kabupaten/kota. Sebagai bentuk dukungan terhadap daya beli masyarakat, Pemerintah juga telah meluncurkan stimulus tambahan berupa BLT Sementara-Kesra. Reformasi struktural juga terus didorong melalui deregulasi kemudahan berusaha dengan diimplementasikannya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2025 yang diharapkan akan mendorong proses perizinan berusaha menjadi semakin cepat, mudah, dan pasti.
Lebih lanjut, di tengah ketidakpastian global seperti ketegangan geopolitik, perubahan iklim, percepatan teknologi, dan fluktuasi pasar, International Monetary Fund (IMF) menilai Indonesia sebagai “bright spot” di tengah perlambatan ekonomi dunia berkat reformasi kelembagaan dan kebijakan fiskal yang disiplin.
“Berdasarkan Bloomberg, probability resesi di Amerika, Jepang, dan Kanada itu berada di atas 30%. Sedangkan Indonesia probability untuk resesi itu hanya ada di angka 5%, atau rendah. Jadi ini lembaga-lembaga pemeringkat dunia menyatakan bahwa ekonomi Indonesia bagus dan ini menjadi modal pokok kita juga dalam menghadapi tantangan ekonomi global,” ujar Staf Ahli Haryo.
Indonesia juga masih menghadapi sejumlah tantangan domestik seperti kemiskinan, pengangguran terbuka, rendahnya tingkat pendidikan, serta produktivitas tenaga kerja. Di sisi lain, bonus demografi yang dimiliki Indonesia membuka peluang besar untuk memenuhi kebutuhan talenta digital sampai tahun 2030 yang sebanyak sekitar 9 juta talenta digital.
Staf Ahli Haryo juga menyampaikan terkait strategi Pemerintah dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8%. Dalam jangka pendek, Pemerintah menyiapkan strategi ekonomi jangka pendek berupa stimulus untuk supply side dan demand side.
“Jadi, ringkasan dari strategi menuju pertumbuhan ekonomi 8%, kita dapat lihat bahwa perlu untuk mendorong investasi, hilirisasi, serta pemberdayaan UMKM, dengan tetap menjaga defisit fiskal dan rasio utang yang terkendali,” pungkas Staf Ahli Haryo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait: